Sedih juga, sih, kalo baca komentar yang menjelek-jelekkan agama saya*). Tapi saya juga harus sadar bahwa mereka berkomentar seperti itu biasanya karena belum paham saja.Â
Dan wajar saja mereka tidak paham; karena seperti diri saya sendiri, mereka pun telah memilih kebenaran sesuai keyakinan mereka sendiri. Bagi kita, Islam adalah rahmatan lil alamin, berkah bagi seluruh alam.Â
Dan kita yakin, Islam dicaci bukan karena ajarannya. Tapi lebih karena kelakuan para pembelanya. Kadang para pecinta kalo sudah membela suka lebai.Â
Padahal kelebaian itu muncul akibat kecintaan yang terlalu besar terhadap diri sendiri sehingga tidak rela jika nantinya dinilai sebagai pihak yang salah pilih. Dan yang sakit hati melihat kelebaian itu telanjur antipati dan tidak berminat untuk melakukan konfirmasi.
Seperti saat kampanye paslon capres/cawapres tempo hari. Saya pribadi tidak ada masalah dengan para paslon tersebut. Tapi saya sangat tercengang menyaksikan aksi para cebong/kampret yang kelihatannya rela melakukan hampir segala cara untuk membela junjungannya.Â
Mereka mencomot aksi apa saja yang bisa dijadikan prestasi untuk dinisbatkan kepada junjungannya demi untuk meremehkan lawan tanding. Mereka bahkan mencomot fitnah sekalipun demi menjatuhkan lawan agar junjungannya tampak mulia.Â
Padahal sebenernya mereka hanya kebanyakan lebai saja; kecintaan terhadap diri mereka sendiri sebegitu besarnya sampai-sampai tidak rela kehilangan muka dan tidak mau ada yang menudingnya sebagai pihak yang salah pilih.
Tapi (semoga) masa kampanye pilpres dan sengketanya telah berlalu. Meski luka-luka itu (mungkin) masih ada. Yang dapat kita upayakan sekarang adalah berusaha menyembuhkannya.Â
Usahakan pula untuk tidak menambah luka baru. Jadi apa yang harus dilakukan jika ada ujaran kebencian di sekitar kita yang terkait SARA, soal agama misalnya. Jika ada tuduhan terhadap Islam**) tapi sementara kita sedang enggan melakukan konfirmasi, coba bayangkan kenalan muslim kita yang kita anggap pemahaman agamanya paling baik; akankah dia akan melakukan hal-hal yang dituduhkan tersebut?Â
Jika jawabannya adalah 'tidak' maka tuduhan itu bisa jadi lebih merupakan ulah oknum, atau hanya fitnah belaka. Jadi tahan jari kita dari share-like-comment di medsos agar tujuan pihak yang suka memancing di air keruh gagal tercapai.Â
Tapi jika anda membayangkan bahwa sosok seperti teman anda tadi memiliki kans mampu melakukan tuduhan tersebut, jangan segan untuk bertanya kepadanya.Â