Mohon tunggu...
Fina Zakiyah
Fina Zakiyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Arabic Education at Islamic State University of Malang.\r\n_Pon Pes Tahfidzul Qur'an Nurul Furqon, Malang_\r\n"manusia yang menabur sejuta manfaat kepada sesama, itulah manusia yang dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Komunitas Islam Ideal yang Relevan dengan Kepribadian Bangsa

7 April 2016   11:32 Diperbarui: 7 April 2016   11:47 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dibalik itu semua, Islam memiliki mu’jizat yang tidak akan musnah dan selalu terjaga sampai akhir zaman, yaitu Al-Qur’an Karim. Di dalam Al-Qur’an terdapat berbagai macam hikmah dan solusi bagi umat islam, baik untuk masalah keagamaan ataupun masalah duniawi, termasuk didalamnya adalah masalah kenegaraan. Islam mempunyai konsep ideal kepribadian masyarakatnya yang relevan dengan identitas kepribadian bangsa sebagai solusi keterbelakangan mental bangsa ini. Adapun kepribadian masyarakat islam tersebut adalah :

1.    Berjiwa besar. Sifat berjiwa besar ini dapat kita pahami dari munasabah antara surat al-Baqarah ayat 142 dan 143:

سَيَقُوْلُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلاَهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِيْ كَانُوْا عَلَيْهَا قُلْ ِللهِ الْمَشْرِقُ وَ الْمَغْرِبُ يَهْدِيْ مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ

Akan berkata yang bodoh-bodoh dari manusia itu : Apakah yang memalingkan mereka itu dari kiblat mereka yang telah ada mereka padanya ? Katakanlah :Kepunyaan Allah timur dan barat. Dia memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki kepada jalan yang lurus.

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلاَّ عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللّهُ وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

[Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) umat pertengahan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Dalam ayat pertama disebutkan as-syufaha’, jamak dari safih yang dalam bahasa digunakan dengan arti orang yang mengalami keterbelakangan mental karena kurang akal atau idiot. Kata as-syufaha’ dalam ayat itu menunjuk kepada orang yang membodohkan diri sendiri dengan tidak mau menerima millah Ibrahim yang disebutkan dalam al-Baqarah ayat 130. Dari hubungan ini diketahui bahwa as-syufaha pengertianya bukan orang-orang idiot yang tidak berpengetahuan karena kurang akal, tapi orang kurang akal karena tidak mau mengerti kebenaran millah Ibrahim dan kebenaran perubahan arah kiblat dari baitul maqdis ke masjidil haram. Orang-orang yang tidak mau mengerti kebenaran ini adalah orang-orang berjiwa kerdil karena berpikiran picik. Dengan dinyatakanya umat islam menjadi masyarakat pilihan, mereka tidak diperbolehkan memiliki jiwa kerdil seperti itu. Mereka harus menjadi antitesa dari as-syufaha’, yakni menjadi orang-orang yang berjiwa besar. Kalau dikontekskan ke masa sekarang dalam urusan duniawi maka tentu kita sebagai orang islam harus berjiwa besar untuk mengakui kemajuan peradaban dan IPTEK yang diraih oleh bangsa barat. Namun kita tidak boleh terlarut begitu saja sebagai bangsa yang hanya menjadi korban dari teknologi, tetapi kita harus bisa bangkit dengan mencontoh dan meniru hal-hal baik dari bangsa barat sehingga kita bisa ikut andil dan terjun langsung dalam mengontrol arus perkembangan teknologi sehinggah teknologi-teknologi baru yang bermunculan dapat menghasilkan kemaslahatan bagi ummat islam khususnya dan bagi alam semesta.

2.    Terkemuka, sifat ini dapat difahami dari ungkapan fastabiqul khairat dalam surah al-Baqarah ayat 148:

 

وَ لِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيْعًا إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Dan bagi tiap-tiapnya itu satu tujuan yang dia hadapi. Sebab itu berlomba-lombalah kamu pada serba kebaikan. Di mana saja kamu berada niscaya akan di­kumpulkan Allah kamu sekalian.Sesungguhnya Allah atas tiap-tiap sesuatu Maha Kuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun