KOMPASIANA.com-Silma Rahmah Alfafa Iskandar atau yang akrab dipanggil Silma ini merupakan alumni KPI UIN Sunan Kalijaga yang kini menjadi tenaga pendidik di dua universitas di Indonesia.
Terdaftar sebagai mahasiswi UIN Sunan Kalijaga pada tahun ajaran 2013, Silma memilih Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) sebagai program studi selama menempuh pendidikan strata 1. Silma menyandang status alumninya pada tahun 2018 dengan gelar S.sos
Tidak berhenti di sana, jiwa pembelajarnya menghantar ia pada jenjang pendidikan selanjutnya. Silma menempuh pendidikan S2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mengambil program studi yang linear yakni Komunikasi dan Penyiaran Islam
Jalan hidup tidak melulu mulus, belum jua menemukan pekerjaan yang mapan tak memutus semangatnya untuk mencari rupiah. Silma mencoba beberapa pekerjaan musiman seperti halnya sebagai jasa fotografer prewedding, tidak seberapa memang apalagi tidak setiap hari ia mendapat panggilan untuk memotret, namun dengan berhemat dan manajemen finansial yang baik ia tetap mampu menyisihkan uang sekadar untuk menutup kebutuhan sehari-hari selama ia kuliah S2 kala itu
Siapa yang tau jalan hidup seseorang, Silma yang tidak ada niatan untuk menjadi tenaga pendidik kini malah menjadi dosen di dua kampus yang berbeda. Bermula dari ia yang mendengar kabar bahwa di IAIN Salatiga sedang membutuhkan tenaga pendidik untuk program studi KPI, ada sedikit hasrat dalam dirinya untuk membagikan ilmu yang sudah diraihnya selama ini toh masih linear dengan program studi yang pernah ia tempuh pikirnya waktu itu
Juli 2021 mendaftar dan pada September 2021 Silma mendapat kabar bahwa ia diterima dan langsung mendapat jadwal untuk mengajar beberapa mata kuliah di IAIN Salatiga. Tidak sampai di sana atas beberapa pertimbangan akhirnya dia mendaftar sebagai tenaga pendidik lagi di STAINU Tasik dan mengajar kelas karyawan
Bukan perjalanan hidup yang dramatis memang, namun motivasinya dalam berbagi ilmu patut menjadi inspirasi. Membawa misi UIN Sunan Kalijaga, Silma selalu mengusahakan integrasi interkoneksi keilmuan dengan keagamaan dalam perjalanan barunya sebagai tenaga pengajar.
Dalam wawancara daring pada (03/11) Silma mengaku bahwa ia tidak ingin menjadikan angka sebagai penilaian terhadap peserta didiknya, Silma beranggapan bahwa karakteristik dan moral keagamaan seseorang tidak dapat dilihat hanya lewat angka. Oleh karenanya saat ia telah berada diposisi sebagai tenaga pendidik ia sangat ingin membuka mata dan melihat peserta didiknya dari sebaik-baiknya potensi yang dimiliki masing-masing anak
Masih dalam sesi wawancara yang dilakukan secara daring, Silma mengatakan bahwa setelah menjadi tenaga pendidik ia akhirnya menyadari bahwa apa yang ia lakukan kini adalah wujud kontribusinya dalam menyebarkan keilmuan yang ia peroleh selama ini, termasuk saat menempuh pendidikan di UIN Sunan Kalijaga
Dari sini dapat kita sadari bahwa estafet keilmuan seorang guru / suatu instansi ada di tangan alumninya.