Mohon tunggu...
fina siti fauziyah
fina siti fauziyah Mohon Tunggu... Freelancer - warisan diri, rekam jejak insan yang pernah singgah di bumi. semoga bermanfaat

kenang aku dalam jiwa, mari berdo'a senandung kebaikan, menjadi insan yang bermanfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dari Mata Turun ke Hati

15 Juni 2017   13:35 Diperbarui: 15 Juni 2017   13:40 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berkali-kali aku berusaha utuk membunuh asa ini, berkali-kali pula aku harus selalu terluka. Aku pun mulai menghindar tatapannya, namun tetap saja aku belum bisa. Hingga pada suatu malam ia mengajak ku untuk shalat berjama'ah namun aku menolaknya karena berhalangan, entah mengapa ia harus shalat berada di sampingku, hingga aku tak kuasa untuk membencinya akibat foto bule itu. Ia pun sempat berbincang-bincang denganku tentang soal matematika yang sedang ia perlukan, akupun sebenarnya ada namun harus dicari dulu dimana tempat foldernya. Aku tak menyangka bahwa soal itu memang untuk dirinya karena ia akan mengikuti SBMPTN.

Rasa galau menderaku, disaat aku ingin menjauh darinya, bertepatan dengan ia mengikuti tes itu. Mungkinkah ini cara Allah menjagaku? Begitu galaunya asaku, karena aku harus benar-benar terluka kembli, disaat mendengar kabar burunng ia suka padaku, namun ia juga tak pernah menampakkannya, dan parahnya ia akan pergi meninggalkanku juga. Sungguh aku benar-benar ingin marah pada diriku sendiri. Kenapa aku terjatuh pada tatapan itu?? Kenapa ia harus hadir menyapa jika akhirnya meninggalkan? Akupun meyakinkan diriku, bahwa aku adalah makhlukNYA, semua urusan akan kembali padaNYA, maka aku pun berusaha menjadi pecinta yang tulus, karena kasih tak harus selalu memiliki, namun berikanlah yang terbaik pada kasih.

Dihari menjelang ujiannya tiba, dipagi hari, akupun langsung menyempatkan mencari berkass ujianku tahun lalu dan kodenya, ku kirim kan via line dan e-mail. Karena ini hanya salah satu caraku dalam mengasihi, aku tak ingin menjadi penghalang mimpi seseorang yang pernah berarti di hidupku.

tanggal 13 mei pun tiba, hasil kelulusannya muncul, dan ia lolos di PTN yang ia inginkan, aku tak kuasa berkutik, hanya secercah do'a semoga ia memilih dan mendapat jalan terbaik, meskipun dengan resiko ditinggalkan, mungkin ini cara Allah untuk menjagaku.

Detik ini, aku pun masih mempunyai asa yang sama, hanya saja aku tak kuasa lagi untuk membunuhnya, biarkan sang pencipta saja yang mencabutnya, dan menurunkannya lagi disaat yang tepat pada orang yang tepat.

Selamat menempuh hidup baru, selamat memperbaiki kwalitas diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun