Belawan, 11 Juni 2024 - Perubahan iklim telah menjadi isu global yang semakin mendesak untuk diatasi. Dampaknya tidak hanya dirasakan di daratan, tetapi juga di lautan yang menjadi sumber kehidupan bagi jutaan nelayan di Indonesia. Dalam rangka mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) ke-14, yaitu "Kehidupan Bawah Laut," perhatian terhadap nasib nelayan yang bergantung pada kelestarian laut sangatlah penting.Â
Kisah Nelayan: Mengarungi Perubahan
Di sebuah desa pesisir di Belawan, Pak Gunawan, seorang nelayan berusia 41 tahun, bercerita tentang perubahan yang ia rasakan selama beberapa tahun terakhir. "Dulu, ikan banyak dan mudah didapat. Tapi sekarang, hasil tangkapan menurun drastis. Cuaca juga tidak menentu, kadang badai tiba-tiba datang," ujar Pak Gunawan dengan wajah penuh kekhawatiran.
Perubahan iklim mempengaruhi suhu air laut, pola arus, dan ketersediaan makanan bagi ikan. Hal ini berdampak langsung pada populasi ikan dan hasil tangkapan nelayan. Pak Gunawan dan nelayan lainnya harus berlayar lebih jauh dan lebih lama untuk mendapatkan ikan, yang berarti biaya operasional meningkat sementara pendapatan menurun.
Ancaman Terhadap Keberlanjutan Laut
Perubahan iklim juga menyebabkan kerusakan ekosistem laut seperti terumbu karang yang menjadi habitat penting bagi berbagai spesies laut. Menurut Dr. Siti, seorang ahli kelautan dari Universitas Indonesia, kenaikan suhu air laut dan peningkatan keasaman laut menyebabkan pemutihan terumbu karang. "Terumbu karang yang rusak berdampak pada berkurangnya keanekaragaman hayati laut. Ini menjadi tantangan besar bagi keberlanjutan sumber daya laut kita," jelas Dr. Siti.
Upaya Adaptasi dan Mitigasi
Menghadapi tantangan ini, pemerintah dan berbagai lembaga non-pemerintah (NGO) bekerja sama untuk membantu nelayan beradaptasi. Program pelatihan dan penyuluhan diberikan untuk meningkatkan pengetahuan nelayan tentang teknik penangkapan ikan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selain itu, upaya konservasi seperti restorasi terumbu karang dan penanaman mangrove juga digalakkan.
Pak Budi, seorang nelayan muda dari Belawan, telah mengikuti pelatihan tersebut. "Sekarang kami belajar cara menangkap ikan tanpa merusak terumbu karang dan menjaga kelestarian laut. Ini bukan hanya untuk kami, tapi juga untuk anak cucu kita nanti," ungkap Pak Budi dengan semangat.
Pentingnya Dukungan Berkelanjutan
Namun, upaya adaptasi ini memerlukan dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat luas. Peningkatan kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian laut dan perubahan iklim harus terus disosialisasikan. Hanya dengan kerjasama yang solid, tujuan SDGs ke-14 dapat tercapai dan masa depan nelayan serta laut Indonesia dapat terjamin.
Dalam upaya mencapai SDGs ke-14, peran serta masyarakat dan keberlanjutan program-program adaptasi menjadi kunci. Kisah-kisah seperti Pak Gunawan dan Pak Budi menunjukkan bahwa nelayan tidak hanya korban dari perubahan iklim, tetapi juga agen perubahan yang berkomitmen untuk menjaga kelestarian laut demi masa depan yang lebih baik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H