[caption id="attachment_82429" align="aligncenter" width="300" caption="hati kita untuk timnas Indonesia (photo by www.sugeng.web.id)"][/caption] Indonesia menang. Tidak hanya timnas-nya yang berhasil memenangkan jutaan hati rakyat Indonesia, namun puluhan ribu rakyat yang berhasil masuk ke stadion GBK sesungguhnya juga pemenang. Perjuangan rakyat menonton mulai terasa berat sejak proses pembelian tiket final yang simpang siur. Bahkan libur Natal yang seharusnya damai sedikit tercemar oleh insiden prosedur penjualan tiket yang bahkan menelan korban. Banyak orang di sekitar saya yang kesulitan tidak hanya untuk mendapatkan tiket tetapi juga untuk mendapatkan cuti dari tempat mereka bekerja karena malam final terjadi di tengah minggu. Saya sendiri termasuk yang merasa beruntung karena final leg-2 ini berlangsung saat saya mudik dan juga berhasil memperoleh tiket nonton tribun. Tiket termurah yang dijual panitia. Kami (sekitar 10 orang) membeli tiket lewat teman yang sangat dipercaya, karena pada beberapa pertandingan sebelumnya sang teman ini jua yang mensuplai tiket tanpa ada masalah. Apa daya, setelah berjuang mencari parkir dan menembus lautan manusia di GBK, hingga berhasil berada di pintu masuk setelah antri panjang mengular, ternyata tiket kami dinyatakan PALSU (!) oleh panitia. Siaaaalll.. kami digiring keluar antrian oleh beberapa petugas. Perjuangan tidak berhenti di situ. Saya dan rombongan tetap mengusahakan masuk. Karena ternyata kami tidak sendirian yang memegang tiket serupa. Di antrian yang sama juga terdapat rombongan dengan tiket 'palsu' namun berhasil masuk. Jadilah rombongan saya mengantri kembali dan kali ini terdapat perbaikan, sebagian dari kami masuk. Saya dan 4 lainnya tertahan kembali. Sisa rombongan mencari gerbang lain setelah janjian bertemu di salah satu sektor. Rupanya di gerbang lain, petugas bahkan sama sekali tidak melihat tiket dan langsung menyobek (tidak pakai scanner) dan membolehkan kami (dan banyak lainnya) masuk. Berlarilah saya dan 4 teman ke tribun menuju sektor yang dijanjikan. Apa daya, sektor tersebut sudah penuh. Masuk pun tak bisa. Bersama ratusan penonton lainnya saya mengitari tribun mencari sektor yang belum padat namun tidak ada. Sementara jam sudah menunjukkan pukul 5.30! Sesungguhnya ada beberapa sektor yang sengaja dikosongkan dengan alasan RI 1 berada tepat di bawah tribun itu. Sektor-sektor itu dijaga ketat oleh paspampres dan polisi. Namun tidak ada pilihan tempat lainnya. [caption id="attachment_82430" align="aligncenter" width="432" caption="tetap bahagia walaupun dijadikan rakyat jelata oleh panitia "]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H