*Melestarikan nilai-nilai kebudayaan bangsa Indonesia*
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta yaitu "Budhayah" yang berarti akal, budi atau fikiran manusia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi kegenerasi.
Menurut Koentjaraningrat Kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Sedangkan tradisi menurut kamus besar bahasa indonesia yaitu adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Budaya yang telah menjadi tradisi dimasyarakat sejak zaman dahulu dan dinilai sakral sebagai hal yang telah mengikat dan telah menjadi kodrat diri. Budaya atau kebudayaan menjadi satu kesatuan yang berlandaskan Pancasila. Keseluruhan nilai-nilai dalam Pancasila menjadi aspek dasar dari kebudayaan yang asli di Indonesia. Nilai-nilai luhur yang diyakini kemudian dijunjung tinggi sebagai pandangan hidup.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuaan, kerakyatan, dan keadilan ini sejatinya adalah nilai-nilai yang bersumber dari pada akar budaya dan nilai-nilai relegiusnya yang hidup, berkembang dan tertanam kuat dalam masyarakat Indonesia.
Salah satu contoh pelestarian dari budaya yang ada di dalam masyarakat yang sudah mengikat dan diwariskan turun temurun oleh nenek moyang kita dari zaman dahulu yaitu budaya sesaji. Penulis sempat berbincang-bincang dengan seseorang yang di rumahnya terdapat sesaji. Beliau mengatakan " Saya sangat tidak setuju ketika orang yang di rumahnya terdapat sesaji dinilai syirik, musyrik, padahal kami hanya meneruskan tradisi nenek moyang kami yang ditinggalkan kepada anak cucunya. Pemakaian sesaji ini juga kami gunakan untuk sarana puji syukur atau selamatan terhadap nikmat yang telah Tuhan berikan. Namun seringkali pemahaman masyarakat salah tentang ini."
Dari perbincangan ini penulis dapat menyimpulkan berarti semua amalan yang dilakukan itu tergantung kepada niatnya.
"Semua Amalan tergantung pada niat"
 Yang menjadikan sesaji ini haram, syirik dan musyrik adalah tergantung kepada orang yang menggunakannya dengan tujuan selain kepada Allah.
Seperti yang dijelaskan pada Al-Qur'an Surah Al-Furqan ayat 3 dan surah Fathir ayat 13.
"mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) suatu kemanfaatanpun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan" (QS. Al- Furqan 25: 3)
"Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari." (QS. Fathir 35 : 13)
   Memaknai Sesajen atau sesaji haruslah dengan pikiran terbuka dan hati yang bersih. Beragam makna yang tergambar dalam sesajen menunjukkan bahwa semua hal ikhwal tradisi ini merupakan upaya mengenali jati diri manusia dan alam semesta serta hidup berdampingan dengan alam, bukan dengan cara merusak atau menguasai alam. Maka dari itu Penting untuk tetap dijaga dan terus dilestarikan.
Penulis: Finandi Apik Aeni, Mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung, Fakultas Bahasa dan Ilmu Komunikasi ,Prodi Sastra Inggris
Dosen pengampu FBIK: Dr. Ira Alia Maerani, S.H.,M.H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H