Isu Dinasti nggak Cuma rame di Indonesia saja, Isu Dinasti sudah melaju cepat sampai mancanegara. Secepat perhitungan quick count yang jadi perbincangan. Iyah, isu politik memang jadi isu yang paling sering dibicarakan semua orang. Mulai dari Bapak-bapak yang nongkrong di warung kopi, sampai mahasiswa yang nongkrong di senopati.Â
Jadi wajar, menurut saya, jika itu bisa menyebar cepat sampai luar negeri.
Di era pemilu ini, isu politik di Indonesia jadi berita yang diangkat oleh Sui-Lee Wee dan Muktita Suhartono, pada portal berita internasional, New York Times. Jangkrik, kita mesti bangga apa gimana yah? Kalo hal kontroversial itu jadi berita di luara negeri? Nggak tu deh, mungkin rumput yang pargoy tau jawabannya.
Berita politik Indonesia diangkat dan mangkring di New York Times, dengan judul 'A Feared Ex-General Appears Set to Become Indonesia's New Leader' (Seorang Mantan Jenderal yang Tampil Ditetapkan untuk Menjadi Pemimpin Baru Indonesia). Apa menurutmu berita itu ngebahas prabowo yang jadi capres? Iyah, tapi bukan cuma itu saja. Banyak sekali kontroversi politik Indonesia yang ikut dibahas di berita itu.
Kalo kamu baca artikel beritanya di New York Times langsung. Setelah judul berita, kamu sudah akan disambut kalimat pembuka, yang kalo diterjemahkan ke Indonesia kira-kira seperti ini:Â Â
'Prabowo Subianto dikeluarkan dari militer atas tuduhan pelanggaran HAM. Sekarang, ia diprediksi untuk memenangkan kepresidenan negara itu langsung di babak pertama.' Jangkrik, baru pembukaan, langsung kayak gitu. Kalo Pak Prabowo baca langsung mungkin beliau bakalan bilang "setiap poling saya naik, selalu saja, Ham lagi yang diungkit". Yah, makannya klarifikasi yang jelas pak, jangan muter-muter, ngomong jejak digitalnya ada, terserah rakyat lah.
Sekarang jadi diangkat media internasional kan! siap-siap aja, nanti yang nanya bukan Cuma orang Indonesia. Tapi orang luar negeri juga jadi ikutan kepo. Bentar, sebelum para pembaca over thinking, saya harus mengatakan saya tidak berpihak pada salah satu paslon. Dan saya akan berusaha se-netral mungkin, mulai dari sini paham?Â
Disinggung juga masalah Pak Jokowi, serta isu dinasti yang  terdengar sriwing-sriwing ditelinganya. Dan disini, saya akan merangkum sekiranya apa saja yang tertulis disana. Untuk kalian yang nerjemahinnya ribet, dan merasaÂ
keberatan, karena di New York Times kamu juga harus berlangganan. Saya akan membagikan info in, Spesial for you. Saya belum menuliskan ini dimana-mana yah, ini Eksklusif di Kompasiana no secret. wkwk..
*Menteri Pertahanan Mr Prabowo Subianto.
Pertama yang mereka bahas adalah Pak Prabowo. Menteri Pertahanan yang ditunjuk langsung Pak Jokowi. Latar belakang Prabowo atas isu pelanggaran HAM juga ditulis disitu.Â
'Menteri Pertahanan Indonesia, mantan jenderal yang disegani, dikeluarkan dari tentara setelah ia dinyatakan bertanggung jawab atas penculikan para pembangkang politik, tampaknya berada di jalur yang tepat untuk memenangkan pemilihan presiden pada hari Rabu, menimbulkan keraguan tentang masa depan salah satu dunia. Demokrasi paling bersemangat.' Dikutip dari New York Times.
Presiden kedua, Pelengseran Pak Soeharto juga diungkit. Presiden yang berkuasa 32 tahun, dan dikaitkan dengan diktator, kata para kritikus, sekarang bisa dalam ancaman, atas pendakian pak Prabowo kekuasaan. Bukan pernyataan saya, ini dikutip dari New York Times.
Indonesia sebagai negara terpadat keempat di dunia, juga punya pengaruh penting secara strategis bagi Amerika Serikat dan Cina. Indonesia adalah salah satu produsen batubara, minyak kelapa sawit, dan nikel terkemuka di dunia, dan berada di atas rantai pasokan banyak perusahaan internasional. Semua itu berarti akan memiliki pengaruh besar pada masa depan krisis perubahan iklim, juga.
*Ambisi Jokowi
Dilansir dari New York Times:
Pak Prabowo telah mendambakan kepresidenan selama beberapa dekade, dan telah mencoba berbagai persona publik untuk mengadili para pemilih. Tetapi, yang akhirnya mendorongnya melewati garis adalah dukungan implisit dari presiden yang akan keluar, Joko Widodo, yang putranya Gibran Rakabuming Raka adalah calon wakil presiden Prabowo.
Dengan mengkooptasi Prabowo, para kritikus mengatakan, Jokowi menunjukkan sejauh mana ia bersedia untuk mempertahankan pengaruhnya terhadap politik Indonesia setelah masa jabatan lima tahun keduanya berakhir. Norma-norma demokrasi di Indonesia telah terkikis selama masa kekuasaan Joko. Dia telah melucuti kekuasaan KPK, menabrak hukum perburuhan yang kontroversial dan, baru-baru ini, muncul untuk merekayasa penempatan Gibran pada pemungutan suara untuk wakil presiden.
*Liputan pada beberapa Narasumber
Selain itu, pada berita tersebut juga ada beberapa Narasumber yang ikut diliput, antaranya sebagai berikut:
" Di masa lalu demokrasi Indonesia yang menurun telah terkait erat dengan penindasan kebebasan sipil, tetapi dengan penurunan kualitas pemilu dan intervensi dari mereka yang berkuasa, saya pikir kita sekarang berada dalam situasi yang buruk, " kata Yoes C. Kenawas, seorang peneliti politik di Universitas Katolik Atma Jaya.
" Saya ingin program Jokowi berlanjut, " kata Albertus Andy, 49, seorang sopir taksi sepeda motor di Jakarta, berbicara setelah ia memilih Prabowo. " Dan karena dia tidak dapat melakukan tiga syarat, maka putranya akan melanjutkan. "
" Saya tidak berharap Prabowo akan memungkinkan Jokowi membawa terlalu banyak pengaruh, " kata Natalie Sambhi, direktur eksekutif di Verve Research, sebuah kelompok yang mempelajari hubungan antara militer dan masyarakat. " Sekarang, pertanyaannya menjadi, jika Prabowo mulai mengarahkan Indonesia ke arah yang berbeda dari visi Jokowi, apa yang akan terjadi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H