Mohon tunggu...
Filsafah As Syarifah
Filsafah As Syarifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Hukum Universitas Airlangga

Penonton setia olahraga

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Desain Besar Olahraga Nasional, Benarkah Menutup Kesempatan Atlet untuk Berprestasi?

7 Juli 2022   09:05 Diperbarui: 7 Juli 2022   09:15 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEA Games Vietnam 2021 telah berakhir. Indonesia finis di posisi ketiga dengan perolehan 69 medali emas berada di bawah Thailand yang menempati peringkat kedua dengan 92 medali emas serta Vietnam yang berhasil menjadi juara umum dengan perolehan 206 medali emas. 

Dengan hasil tersebut, Indonesia memang belum melampaui target kontingen Indonesia yang disebutkan oleh CdM Kontingen Indonesia di SEA Games Vietnam Ferry J.Kono. yakni 70-72 medali emas. 

Namun hasil tersebut telah memenuhi target yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo yakni masuk tiga besar. Terakhir kali Indonesia masuk tiga besar di klasemen SEA Games sendiri adalah pada tahun 2011, di mana saat itu Indonesia yang menjadi tuan rumah berhasil finis di posisi pertama. 

Setelah tahun tersebut, Indonesia tidak pernah lagi masuk dalam peringkat tiga besar klasemen SEA Games sampai akhirnya di tahun 2021 Indonesia bisa kembali masuk di posisi tersebut.

SEA games Vietnam 2021 sendiri adalah multievent olahraga pertama di mana Indonesia mulai menerapkan paradigma baru yang berkaitan dengan pembinaan prestasi olahraga. Paradigma baru tersebut berpedoman pada Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).

Lalu apakah DBON itu?

DBON sendiri merupakan dokumen rencana induk yang berisikan arah kebijakan pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional. Menurut Menpora Indonesia, Zainuddin Amali, DBON hadir karena selama ini pembinaan olahraga di Indonesia belum terdesain dengan baik. 

Lebih lanjut, Menpora mengatakan bahwa berlandaskan pada DBON tersebut, prestasi harus diciptakan bukan ditemukan. DBON sendiri diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 86 tahun 2021 yang juga diperkuat dalam UU 11/2022.

Di dalam DBON, ditetapkan beberapa cabang olahraga (cabor) unggulan yang difokuskan untuk mencapai target olimpiade. Untuk saat ini ada 14 cabor unggulan yang masuk dalam DBON yakni cabang olahraga yang mengandalkan teknik dan akurasi contohnya seperti bulu tangkis, angkat besi, panahan, dan menembak.

Tentunya cabor yang masuk dalam DBON tersebut akan mendapat anggaran lebih dari pemerintah. Terkait cabang unggulan yang dapat masuk dalam DBON sendiri, diterapkan sistem promosi dan degradasi. Cabor yang sekarang belum masuk DBON masih memiliki kesempatan asalkan berprestasi.

Dengan diterapkannya DBON ini, SEA Games bukan lagi menjadi tujuan melainkan merupakan sasaran antara saja, sedangkan sasaran utama Indonesia adalah Olimpiade dan yang terdekat Paris 2024.

Yang paling terlihat dari penerapan DBON tersebut di SEA Games 2021 adalah adanya pembatasan atet yang dikirim ke ajang tersebut. Dikutip dari laman https://www.kemenpora.go.id, Kontingen Indonesia pada SEA Games 2021 hanya berjumlah 499 atlet, berkurang hampir setengah jika dibandingkan Kontingen Indonesia di SEA Games 2019 Filipina yang berjumlah 841 atlet. 

Indonesia tidak lagi berfokus pada pengiriman atlet dengan jumlah yang banyak, tetapi pada kualitas atlet tersebut. Atlet yang dikirim harus benar-benar terseleksi oleh tim review. Sea Games diharapkan bisa menjadi ajang untuk atlet-atlet yang terseleksi untuk mempersiapkan diri ke kualifikasi Olimpiade Paris 2024.

Kebijakan tersebut tentunya menuai banyak protes baik dari pengurus tiap cabor, dari atlet, maupun dari Warganet Indonesia. Tetapi hal tersebut adalah hal yang wajar mengingat sistem olahraga Indonesia sedang berada dalam tahap perubahan dan tentu tidak semua orang dapat menerima perubahan.

Contoh yang sempat ramai adalah reaksi atas tidak diberangkatkannya atlet senam ritmik yang baru saja meraih emas di PON XX Papua 2021. Batal diberangkatkannya timnas AOV Indonesia dari cabor esport yang juga menuai banyak kritikan dari warganet.  

Selain itu, terlihat jelas di sosial media pula bahwa banyak warganet yang tidak menyukai kepemimpinan Menpora Zainuddin Amali yang dinilai kurang memahami olahraga Indonesia dan menutup kesempatan para atlet untuk bisa berprestasi.  

Menanggapi hal tersebut, Ketua Tim Review PPON Pofessor Asmawi mengatakan bahwa juara PON tidak bisa menjadi tolak ukur untuk memberangkatkan atlet ke SEA Games jika kriteria yang disyaratkan tidak terpenuhi. Dia menambahkan bahwa hebat di PON belum tentu dapat bersaing di level Asia Tenggara.

Trasnsformasi olahraga Indonesia, terutama dalam pengiriman atlet ke SEA Games Vietnam terlihat membuahkan hasil. Dari 499 atlet yang dikirim, 408 diantaranya berhasil meraih medali dan membuat Indonesia dapat berada di posisi tiga klasemen SEA Games 2021. 

Itu berarti 82% atlet yang dikirimkan berhasil membawa medali. Menpora Zainuddin Amali mengatakan bahwa sistem seleksi pada ajang SEA Games Vietnam 2021 akan dijadikan fondasi pada ajang olahraga multievent selanjutnaya. 

DBON telah menetapkan target-target yang harus dicapai dari olimpiade ke olimpiade di mana peringkat Indonesia harus semakin meningkat. Dengan puncaknya pada olimpiade 2044, peringkat Indonesia di Olimpiade ditargetkan di posisi 5 besar.

Melihat hasil dari Sea Games 2021 dapat dikatakan bawah DBON sudah berada di jalur yang tepat. Terkait apakah DBON ini menutup kesempatan atlet untuk berpretasi, hal tersebut tidak bisa dinilai dari satu sisi saja. 

Pada realitanya, penerapan DBON ini memang memotong banyak sekali jumlah atlet yang bisa dikirim ke SEA Games. Hal tersebut tentunya membuat SEA Games tidak bisa lagi menjadi ajang para atlet yang belum pernah berprestasi di kancah internasional untuk dapat membuktikan dirinya melalui SEA Games. 

Namun hal tersebut tentunya masuk akal mengingat dengan adanya DBON ini fokus Indonesia bukan lagi pada tingkat Asia Tenggara, melainkan pada tingkat dunia. 

Indonesia mulai memfokuskan pembinaan olahraganya pada cabor-cabor dan atlet yang sudah secara nyata menunjukkan prestasinya di ajang internasional. 

Atlet-atlet yang pernah menujukkan prestasinya tersebut ditargetkan untuk bisa lolos kualifikasi olimpiade dan menjadikan SEA Games sebagai ajang persiapan saja demi mencapai target yang lebih tinggi tersebut. Hal ini tentunya membuat atlet-atlet yang belum pernah berprestasi menjadi dikorbankan dengan tidak bisa tampil di ajang SEA Games. 

Namun hal tersebut bukan berarti menutup kesempatan atlet tersebut untuk berprestasi di ajang internasional dan tidak bisa tampil di Sea Games selamanya. Penerapan DBON membuat atlet yang dikirim di Sea Games haruslah benar benar atlet yang sudah menunjukkan kualitasnya.

Lalu bagaimana cabor dan atlet yang tidak dikirim ke SEA Games dapat membuktikan dirinya? 

Penerapan kebijakan ini tentunya mendorong cabor-cabor maupun atlet-atlet yang belum menunjukkan prestasinya tersebut agar sebanyak mungkin mengikuti kejuaraan internasional yang berbentuk single event, meningkatkan kualitasnya, mempercepat regenerasinya dan menunjukkan prestasinya di ajang internasional. 

Jika sudah mampu menunjukkan prestasinya, tentu sangat besar kemungkinan mereka akan dikirim di pegelaran SEA Games berikutnya bahkan cabor tersebut juga berpeluang besar untuk dapat menjadi cabor prioritas DBON. Hal tersebut tentu tidak mudah. Namun, bukankah banyak orang berkata bahwa proses perubahan menuju hal yang lebih baik itu selalu menyakitkan.

Sumber:

www.kemenpora.co.id

https://m.medcom.id/amp/aNrvYR1N-ini-alasan-pemerintah-tak-kirim-atlet-jor-joran-ke-sea-games-vietnam

https://wartaekonomi.co.id/amp/read421256/capaian-di-sea-games-lampaui-target-jokowi-puas-transformasi-olahraga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun