Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Jember. Fakultas Ushuluddin. Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir

Menjadi manusia yang bermanfaat adalah hal terberat bagi seorang pemalas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Keemasan, Tumpuan Kebangkitan Intelektual Muslim

21 Mei 2020   15:11 Diperbarui: 21 Mei 2020   15:32 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Universitas-universitas Islam di Indonesia telah menghidupkan kembali Filsafat sebagai sarana meningkatkan daya pikir kaum muda, mengasah supaya untuk tidak menjadi manusia yang penurut, terhadap apapun. diberi kebebasan berpikir hingga melahirkan Intelek-intelek kontemporer sebagai harapan mencetuskan disiplin Ilmu, dan membangkitkan nama Islam kembali seperti pada abad keemasan terdahulu.

 Tidak luput juga. Ilmu Tasawuf tidak dilupakan begitu saja oleh umat muslim Indonesia bahkan kian didalami oleh banyak kalangan Pondok Pesantren di Indonesia. Supaya pemuda-pemuda muslim memiliki asas yang kuat ketika menghadapi/menaklukkan duniawi.

Para tokoh Agama memperkuat asas tersebut agar pemuda-pemuda Islam memiliki hubungan kuat terhadap Tuhan-Nya. Dan juga ketika memasuki wilayah Universitas, dalam mempelajari Filsafat tidak melenceng jauh dari Akidah umat Islam.

Pada era disrupsi saat ini banyak pemikir-pemikir Islam bangkit, tidak terikatnya kembali dengan pemikiran tradisional, melahirkan oksidentalisme kontemporer pada Negara yang mayoritas Islam, tidak terkecuali umat muslim Indonesia. Pemuda-pemuda yang tekun mempelajari keilmuan barat lalu di impor sebagai kajian keilmuan Islam.

Beberapa kajian Keilmuan yang telah disediakan oleh perguruan tinggi Islam di Indonesia yakni; Living Quran, Hermeneutika Quran, Filsafat dan terdapat banyak Ilmu-Ilmu yang bukan berasal dari Islam, dikaji sebagai gagasan Keislaman pada era modern atau sebagai jawaban dari pemikiran kaum orientalisme.

Inilah yang dimaksud masa keemasan Islam klasik sebagai tumpuan Intelektual muslim pada era disrupsi. Saat ini begitu memungkinkan pemikir-pemikir Islam bangkit, dengan sarana-sarana yang telah mencukupi untuk mendalami keilmuan literatur Agama Islam. Perpustakaan Islam pun telah mengalami peningkatan yang cukup bagus di Indonesia.

Belum lagi dengan Perpustakaan Internasional yang memiliki buku-buku wajib dibaca sebagai sarana referensi. Terlebih penting dari itu semua kebangkitan Intelektual muslim akan lebih cepat jika menggunakan dua Ilmu kutub tersebut. Satu sebagai alat duniawi, satunya lagi sebagai alat hubungan langsung kepada Allah Swt.

Akan begitu terlihat cemerlang kembali pemikiran Muslim dan mampu mengguncang negara-negara adidaya, jika kedua ilmu kutub tersebut dapat didalami dengan baik. Bahkan dapat menolong umat muslim di berbagai wilayah negara yang posisi mereka sebagai minoritas, perlakuan diskriminasi dapat terminimalisirkan dengan kekuatan umat Islam dalam menghadapi dunia. membuat Negara-negara lain menjadi segan.

Islam akan kembali terhormat jika pemuda-pemuda nya sebagai Intelektual muda, berani dalam membuat gagasan. Contoh hal nya dalam dunia perpolitikan Negara Turki, Brunei, Iran, dan Arab saudi. mereka berani mengecam negara-negara adidaya dengan bermodalkan tekat dan kekuatan Intelektual nya dalam politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun