Mohon tunggu...
EconoSphere
EconoSphere Mohon Tunggu... Penulis - Kuasai Ekonomi dengan Sederhana

Thank you for your time, don't forget to drink water and happy reading.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Membedah Kebutuhan Manusia: dari Primer hingga Tersier

9 September 2024   02:42 Diperbarui: 9 September 2024   11:28 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membedah Kebutuhan Manusia: Dari Primer hingga Tersier

Lo pasti pernah denger tentang kebutuhan manusia yang dibagi jadi tiga: primer, sekunder, dan tersier. Tapi, lo tau nggak bedanya? Gue bakal jelasin biar lo gampang ngerti.

Kebutuhan Primer    
Kebutuhan Primer Ini kebutuhan yang paling dasar, yang lo butuhin buat bertahan hidup. Contohnya? Makanan, air, dan tempat tinggal. Bayangin kalau lo nggak punya makan, nggak mungkin lo bisa fokus belajar atau kerja, kan? 

Contohnya, di Indonesia, banyak orang yang masih butuh banget tempat tinggal yang layak, apalagi di daerah-daerah pedalaman.

Kebutuhan Sekunder
Kebutuhan Sekunder Kalau kebutuhan primer udah terpenuhi, lo mulai butuh hal-hal lain yang bikin hidup lebih nyaman. 

Misalnya, lo punya rumah (primer), terus lo butuh TV atau internet buat hiburan (sekunder). Di Amerika, banyak keluarga udah nganggap internet jadi kebutuhan sekunder karena hampir semua aktivitas harian kayak kerja atau belajar pakai internet.

Kebutuhan Tersier
Kebutuhan Tersier Nah, ini yang lebih ke arah gaya hidup. Lo udah punya yang primer dan sekunder, terus lo mau barang-barang mewah, kayak mobil sport, liburan ke luar negeri, atau gadget terbaru. 

Contoh simpelnya, di kota-kota besar Indonesia, banyak orang yang udah mulai punya mobil mewah sebagai kebutuhan tersier buat ningkatin status sosial.

Jadi, lo bisa lihat kalau kebutuhan manusia itu berkembang sesuai dengan kondisi dan tingkat hidupnya. Pertama lo fokus ke bertahan hidup, terus ke kenyamanan, dan akhirnya ke gaya hidup. Sesimpel itu!

Referensi:
- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia
- Badan Pusat Statistik Indonesia
- World Bank Data

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun