Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, seseorang dalam memahami informasi dapat saja memiliki cara yang berbeda dengan orang lain.
Bagi sebagian orang, informasi dalam bentuk teks lebih mudah untuk dipahami tanpa harus melihat video atau infografik lainnya. Pun ada yang dengan melihat infografik menjadi lebih paham dari sekedar membaca teks.
Tiga elemen atau format media yang menjadi satu atau terkonversi kemudian menjelaskan bahwa kemampuan untuk menjadi satu itulah yang memungkinkan praktik jurnalisme multimedia.
Hal tersebut berarti konvergensi media menjadi setting dari jurnalisme multimedia.
Jurnalisme multimedia dibutuhkan bagi siapa saja baik produsen atau bahkan konsumen berita. Apalagi saat ini kita sudah bisa melakukan dan mendapatkan banyak hal dengan satu genggaman smartphone.
Kita bisa menggunakan smartphone untuk menikmati segala jenis elemen media seperti audio, teks, video, gambar, infografik, dan lainnya.
Sebagai informasi, jurnalisme multimedia berbeda dengan jurnalisme online. Pada jurnalisme online, berita hanya memiliki 2 elemen atau format media saja. Kebanyakan menyajikan hanya teks dan gambar. Anda dapat melihatnya pada koran versi digital saat ini atau portal berita yang tersedia lewat internet.
Di samping itu, jurnalisme multimedia menjadi suatu tantangan tersendiri dalam industri multimedia. Keterampilan jurnalisme multimedia untuk memproduksi suatu berita merupakan keterampilan khusus yang harus dimiliki jurnalisme saat ini dan masa depan.
Ya! Menjadi serba bisa di saat era digital seperti ini memang sangat dibutuhkan
Jurnalisme multimedia akhirnya identik dengan kemampuan tuntutan jurnalis serba bisa atau multitasking untuk menaklukkan proses produksi media.
Masih ada lagi nih... mampu memilah dan mempresentasikan berita yang relevan juga dibutuhkan untuk dapat memikat audiens agar dapat melihat, membaca, serta berinteraksi dengan informasi atau berita.