Mohon tunggu...
Fillnanda Yudha Prawira
Fillnanda Yudha Prawira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Birokrasi dan Keamanan Publik: Mengurai Fenomena Penembakan Mobil Rental di Indonesia

10 Januari 2025   08:43 Diperbarui: 10 Januari 2025   08:47 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://kaltengtoday.com/wp-content/uploads/2024/06/ilustrasi-penembakan.jpg

Lembaga independen ini harus bebas dari campur tangan politik maupun institusi pemerintah untuk menjaga objektivitas. Dalam kasus penembakan mobil rental, lembaga seperti ini akan memiliki kemampuan untuk mengungkap fakta secara transparan dan memberikan rekomendasi sanksi kepada pihak-pihak yang terlibat. Studi oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menunjukkan bahwa negara-negara dengan lembaga pengawas independen yang kuat memiliki tingkat pelanggaran aparat yang lebih rendah.

Selain itu, lembaga ini dapat berfungsi sebagai penengah dalam konflik antara masyarakat dan aparat. Dengan melibatkan masyarakat dalam pelaporan kasus secara langsung, lembaga ini dapat meningkatkan partisipasi publik dan memastikan bahwa kasus-kasus pelanggaran tidak berakhir tanpa penyelesaian. Pemerintah perlu mendukung pembentukan lembaga ini melalui alokasi anggaran, pelatihan khusus, dan kebijakan yang mendukung kemandirian operasionalnya.

3. Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Aparat

Pendidikan dan pelatihan yang berfokus pada nilai-nilai integritas dan tanggung jawab adalah elemen kunci dalam mencegah penyalahgunaan kekuasaan. Aparat perlu memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab moral dan hukum untuk melayani masyarakat, bukan menggunakan posisi mereka untuk kepentingan pribadi. Program pelatihan ini harus menjadi bagian dari kurikulum wajib di setiap institusi aparat negara, baik sipil maupun militer.

Pelatihan yang diberikan harus mencakup aspek hukum, etika, dan komunikasi interpersonal. Selain itu, simulasi situasi nyata juga perlu dilakukan untuk membantu aparat menghadapi tekanan di lapangan tanpa melanggar batas wewenang. Misalnya, pelatihan untuk mengelola konflik secara damai dapat membantu mencegah eskalasi kekerasan seperti yang terjadi dalam kasus penembakan di Tangerang. Negara-negara seperti Norwegia dan Finlandia telah menerapkan pelatihan ini dan terbukti memiliki tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap aparatnya.

Pendidikan tidak hanya berhenti pada pelatihan awal, tetapi harus berlanjut melalui evaluasi berkala. Aparat yang menunjukkan perilaku bermasalah harus diberikan pembinaan khusus atau, jika diperlukan, diberhentikan dari tugas. Dengan pendekatan ini, pemerintah dapat menciptakan budaya kerja yang lebih berintegritas, sekaligus memutus siklus pelanggaran yang selama ini terjadi.

Kasus penembakan bos rental mobil di Tangerang menjadi pengingat penting bahwa birokrasi yang lemah dapat menjadi akar dari berbagai masalah serius, termasuk penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat. Dengan reformasi birokrasi yang menyeluruh, kolaborasi antar instansi, dan partisipasi aktif masyarakat, kepercayaan publik terhadap birokrasi dapat dipulihkan. Insiden seperti ini seharusnya menjadi pelajaran berharga untuk mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun