Kesejahteraan suatu masyarakat dapat tercapai melalui pengeksplorasian potensi lokal yang berdasarkan pada pengelolaan sumber daya, pemberdayaan masyarakat dan aktualisasi diri. Kesejahteraan masyarakat juga dapat ditentukan oleh kultur yang dikembangkan oleh masyarakat tersebut.
Terkadang kesenjangan ekonomi terjadi karena masyarakat tidak memiliki akses yang sama atau setara. Kesetaraan akses tersebut dapat berupa akses fasilitas, pendidikan, akses aktualisasi diri, serta akses dalam mendapatkan modal untuk berbisnis. Budaya dan kebiasaan yang terjadi di masyarakat juga dapat mempengaruhi masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi. Semakin terbuka dan rasional kultur suatu masyarakat, semakin besar pula kemungkinan masyarakat tersebut menjadi kaya dan makmur.
Kali ini kami Kelompok 44 yang beranggotakan Filipus Pandito F.S (Akuntansi 20), Wella Regate M.Siallagan (Akuntansi 20), Timoteus Gopas Saragih (Manajemen 20), Anggita Prisilia Tjoa (Manajemen 20), Monica Gracethea (Sistem Informasi 20), Barlaam Bagus Purwaka (Kedokteraan 19) dan Christy Alfrini Limpong (Arsitektur 20) akan mendeskripsikan hasil kegiatan terkait dengan pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta tahun 2023. Lokasi KKN kali ini di Padukuhan Sambirejo, Kapanewon Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari hasil survei dan observasi kami sebelum pelaksanaan program kerja, ada beberapa permasalahan yang terjadi di masyarakat Sambirejo. Rendahnya pendapatan perkapita warga Padukuhan Sambirejo merupakan masalah utama di Padukuhan tersebut.
Mayoritas warga Sambirejo mengandalkan hasil dari bertani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kita tahu bahwa penghasilan dari bertani merupakan penghasilan musiman atau penghasilan tidak tetap. Hal tersebut secara ekonomi sangat tidak ideal karena tiap warga pasti memiliki pengeluaran harian. Apabila warga hanya bergantung pada penghasilan tidak tetap tidak ada penghasilan tambahan yang dapat digunakan untuk menutup pengeluaran harian, maka akan menimbulkan permasalahan ekonomi kemudian bisa menambah beban moral bagi warga Padukuhan Sambirejo.
Untuk menjawab persoalan tersebut kami memberikan alternatif solusi dalam bentuk program kerja yang diharapkan dapat menjawab persoalan di Padukuhan Sambirejo. Program Kerja kami diantaranya adalah Bimbingan belajar untuk anak-anak PAUD sampai dengan SMP, Edukasi dan Pelatihan pengelolaan keuangan rumah tangga.
Edukasi kursus kepelatihan dan keterampilan bagi Karang Taruna, pemeriksaan dan edukasi masalah kesehatan warga, penyuluhan MPASI dan Posyandu Balita, Edukasi Cuci tangan anak SD Watusigar 1, Pengenalan dan Pelatihan E-Commerce kepada UMKM, Sosialisasi literasi digital, Membuat game sederhana di Scratch bersama anak-anak SD Watusigar 1, Sosialisasi pentingnya menabung sejak dini dan membuat celengan dari bahan bekas, Latihan Dasar Kepemimpinan anak-anak dan Pengadaan produk Lilin Aromaterapi “SAMBILIN” (Sambirejo Lilin) dari Minyak Jelantah yang dihasilkan dari rumah-rumah warga di Padukuhan Sambirejo.
Program kerja yang kami laksanakan selama satu bulan ini rata-rata berfokus pada aktualisasi diri dan pengembangan produk UMKM yang berbasis pada potensi lokal. Hal tersebut merupakan fokus kami lantaran kemajuan dan kesejahteraan suatu wilayah dapat dilihat dari kontribusi warganya sesuai dengan bakat alamiah masing-masing individu.
Bakat alamiah individu tersebut jika kita sederhanakan bisa melalui berdagang dan bertani. Oleh sebab itu, kami juga memasukan materi terkait dengan cara meningkatkan pendapatan dari bertani dan bagaimana caranya mengelola lahan yang gersang. Warga Padukuhan Sambirejo juga tidak cuman diberikan edukasi atau pemahaman terkait kegiatan produksi saja dalam hal ini, akan tetapi kami juga memberikan edukasi terkait pendistribusian produk pertanian sehingga produk tersebut dipasarkan dengan tepat.
Di Padukuhan Sambirejo, ketika kami melakukan penelusuran dan observasi ternyata memiliki potensi ekonomi jika masyarakatnya peka terhadap peluang tersebut. Salah satu yang kami temukan di Padukuhan Sambirejo adalah di dusun tersebut ada beberapa kelompok usaha yang telah dibentuk oleh Pemerintah setempat. Kelompok masyarakat yang dibentuk tersebut adalah kelompok bank sampah. Kelompok bank sampah dibentuk dengan tujuan agar menampung sampah-sampah rumah tangga yang kemudian sampah tersebut diberikan ke pengurus kelompok bank sampah.
Pemerintah setempat membuat sebuah program yang diberi nama “BANK SAMPAH”. Anggota kelompok bank sampah yang membawa sampah rumahan tersebut akan dibayar (sampah tersebut dibeli) oleh pengurus bank sampah setempat. Lalu setelah pengurus bank sampah tersebut mengumpulkan sampah-sampah rumahan, kemudian mereka menjual sampah tersebut kepada pengepul (Dinas Lingkungan Hidup). Perhitungan upah yang diterima dari pengumpulan sampah berdasarkan berat sampah yang diperoleh. Mekanismenya seperti kita rongsokan barang ke tukang rongsok.
Jadi ada dua pihak yang diuntungkan melalui Program “Bank Sampah” ini yaitu kelompok bank sampah dan pengurus. Walaupun ada upah yang didapat dari memberikan sampah ke pengurus bank sampah, akan tetapi minat warga di Padukuhan tersebut minim.
Hal tersebut dikarenakan warga beranggapan “jika mereka mengumpulkan sampah lalu menimbang sampah tersebut ke pengurus bank sampah memerlukan waktu dan menguras tenaga sementara ada pekerjaan lainya yang harus mereka lakukan. Pandangan tersebut membuat warga disini kurang minat untuk menjalankan program bank sampah.” ujar ketua kelompok bank sampah. Padahal Jika masyarakat Sambirejo konsisten untuk melakukan aktivitas pengumpulan sampah dan membawa sampah di kelompok bank sampah dapat menambah pemasukan harian bagi masing-masing warga.
Setelah kurang minatnya warga padukuhan sambirejo untuk mengumpulkan sampah ke bank sampah, kemudian ketua kelompok bank sampah yaitu Bu Yekti (sekaligus istri ketua RT 04) memutar otak untuk bagaimana masyarakat di Padukuhannya dapat memiliki pendapatan tambahan. Cara yang ia lakukan adalah dengan mengikuti pelatihan pembuatan lilin dari bahan minyak jelantah. Beliau telah melakukan uji coba pembuatan lilin dan mengajak beberapa warga RT 04 untuk membuat lilin tersebut.
Hasil uji coba pembuatan lilin dari minyak jelantah tersebut berhasil, akan tetapi lilin yang diproduksi belum layak jual baik dari segi kualitas dan pengemasan. Melihat potensi ekonomi tersebut, kami kelompok KKN 44 Padukuhan Sambirejo mencoba untuk membantu mengembangkan produk lilin sehingga lilin yang diproduksi memiliki nilai jual. Kami melakukan pengembangan dari mulai penggantian sumbu lilin, desain pengemasannya, hingga membuat akun marketplace sehingga pemasaran produk lilin dapat dilakukan melalui media digital.
Kami juga membantu untuk menentukan HPP (perhitungan biaya produksi) sehingga harga jual dapat di patok. Bu Yekti dan beberapa warga yang membuat produk lilin tersebut juga kami berikan edukasi terkait bagaimana memasarkan produk lilin di dunia digital (media sosial atau marketplace).
Produk lilin dari minyak jelantah yang diproduksi oleh warga Padukuhan Sambirejo diberi nama “SAMBILIN (Sambirejo Lilin). SAMBILIN dapat digunakan sebagai lilin aroma terapi, hal tersebut dikarena SAMBILIN mempunyai aroma yang wangi. Kewangian aroma yang dihasilkan dari SAMBILIN dapat memberikan rasa nyaman dan tenang bagi pengguna lilin tersebut. Produk SAMBILIN di bandrol dengan harga Rp 5.500/pcs. Harga tersebut sangat terjangkau untuk masyarakat di Padukuhan Sambirejo dan sekitarnya.
Keuntungan yang diperoleh dari penjualan produk Sambirejo Lilin nantinya akan dibagikan kepada warga yang telah sukarela menyetor minyak jelantah dan warga yang telah membantu membuat lilin. Bu Yekti selaku inisiator pembuat lilin tersebut juga telah bekerja sama dengan pemerintah setempat guna membantu mempromosikan produk SAMBILIN. Kami mahasiswa KKN 44 Universitas Kristen Duta Wacana berharap dengan pemberdayaan masyarakat dan berbagai macam kegiatan aktualisasi diri yang kami selenggarakan selama satu bulan di Padukuhan Sambirejo dapat membantu meningkatkan kualitas SDM.
Ketika kualitas sumber daya manusia meningkat maka kesejahteraan dapat terpenuhi tanpa menghilangkan budaya didalam masyarakat tersebut. “Ekonomi yang bermoral merupakan ekonomi yang memberi perhatian pada masalah: apakah pemecahan ekonomi menjawab persoalan keadilan”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H