Jadi ada dua pihak yang diuntungkan melalui Program “Bank Sampah” ini yaitu kelompok bank sampah dan pengurus. Walaupun ada upah yang didapat dari memberikan sampah ke pengurus bank sampah, akan tetapi minat warga di Padukuhan tersebut minim.
Hal tersebut dikarenakan warga beranggapan “jika mereka mengumpulkan sampah lalu menimbang sampah tersebut ke pengurus bank sampah memerlukan waktu dan menguras tenaga sementara ada pekerjaan lainya yang harus mereka lakukan. Pandangan tersebut membuat warga disini kurang minat untuk menjalankan program bank sampah.” ujar ketua kelompok bank sampah. Padahal Jika masyarakat Sambirejo konsisten untuk melakukan aktivitas pengumpulan sampah dan membawa sampah di kelompok bank sampah dapat menambah pemasukan harian bagi masing-masing warga.
Setelah kurang minatnya warga padukuhan sambirejo untuk mengumpulkan sampah ke bank sampah, kemudian ketua kelompok bank sampah yaitu Bu Yekti (sekaligus istri ketua RT 04) memutar otak untuk bagaimana masyarakat di Padukuhannya dapat memiliki pendapatan tambahan. Cara yang ia lakukan adalah dengan mengikuti pelatihan pembuatan lilin dari bahan minyak jelantah. Beliau telah melakukan uji coba pembuatan lilin dan mengajak beberapa warga RT 04 untuk membuat lilin tersebut.
Hasil uji coba pembuatan lilin dari minyak jelantah tersebut berhasil, akan tetapi lilin yang diproduksi belum layak jual baik dari segi kualitas dan pengemasan. Melihat potensi ekonomi tersebut, kami kelompok KKN 44 Padukuhan Sambirejo mencoba untuk membantu mengembangkan produk lilin sehingga lilin yang diproduksi memiliki nilai jual. Kami melakukan pengembangan dari mulai penggantian sumbu lilin, desain pengemasannya, hingga membuat akun marketplace sehingga pemasaran produk lilin dapat dilakukan melalui media digital.
Kami juga membantu untuk menentukan HPP (perhitungan biaya produksi) sehingga harga jual dapat di patok. Bu Yekti dan beberapa warga yang membuat produk lilin tersebut juga kami berikan edukasi terkait bagaimana memasarkan produk lilin di dunia digital (media sosial atau marketplace).
Produk lilin dari minyak jelantah yang diproduksi oleh warga Padukuhan Sambirejo diberi nama “SAMBILIN (Sambirejo Lilin). SAMBILIN dapat digunakan sebagai lilin aroma terapi, hal tersebut dikarena SAMBILIN mempunyai aroma yang wangi. Kewangian aroma yang dihasilkan dari SAMBILIN dapat memberikan rasa nyaman dan tenang bagi pengguna lilin tersebut. Produk SAMBILIN di bandrol dengan harga Rp 5.500/pcs. Harga tersebut sangat terjangkau untuk masyarakat di Padukuhan Sambirejo dan sekitarnya.
Keuntungan yang diperoleh dari penjualan produk Sambirejo Lilin nantinya akan dibagikan kepada warga yang telah sukarela menyetor minyak jelantah dan warga yang telah membantu membuat lilin. Bu Yekti selaku inisiator pembuat lilin tersebut juga telah bekerja sama dengan pemerintah setempat guna membantu mempromosikan produk SAMBILIN. Kami mahasiswa KKN 44 Universitas Kristen Duta Wacana berharap dengan pemberdayaan masyarakat dan berbagai macam kegiatan aktualisasi diri yang kami selenggarakan selama satu bulan di Padukuhan Sambirejo dapat membantu meningkatkan kualitas SDM.
Ketika kualitas sumber daya manusia meningkat maka kesejahteraan dapat terpenuhi tanpa menghilangkan budaya didalam masyarakat tersebut. “Ekonomi yang bermoral merupakan ekonomi yang memberi perhatian pada masalah: apakah pemecahan ekonomi menjawab persoalan keadilan”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H