Mohon tunggu...
Junaidi Aldalex
Junaidi Aldalex Mohon Tunggu... -

Mencoba merangkai kata mengungkapkan kegundahan, kegelisahan di dalam benak yang penuh angan dan mimpi, mencoba merangkai bahasa dari apa yang dilihat dan dirasakan, impian terbesar menjadi sahabat sejuta kompasianer. Tinggal di sebuah kota kecil negri ini, jauh dari hingar bingar kemacetan seperti ibukota, jauh dari panggung sandiwara senayan, dan jauh dari kampus dimana pusat korupsi halal diajarkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kartu Lebaran, Uang Rakyat dan Pejabat Sementara Tanah Bumbu

8 September 2010   05:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:22 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Add caption Banyak cara yang dilakukan orang dalam menyampaikan ucapan lebaran, baik lewat media, baleho, pamlet atau kartu ucapan lebaran. Semua bertujuan untuk memohon maaf kepada orang-orang dekat, keluarga, teman, atau sesama muslim lainnya, tentu berharap redho Allah SWT. Namun apapun yamg kita lakukan dalam menyampaikan ucapan lebaran, harapannya makna yang disampaikan bisa sampai, dan bukan malah bisa menjadi bermakna yang lain, hanya karena kita melupakan hal kecil. Sebagai contoh kartu lebaran Pejabat Bupati Tanah Bumbu Gusti Hidayat dan kartu ucapan lebaran Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Tanah Bumbu Drs. H. Ahmad Sumardi.M.Si, tentu membuat saya miris dan sedih. Kenapa?Padahal bukankah berbagi kartu lebaran adalah berniat baik, namun akan menjadi tidak baik ketika yang kita gunakan adalah uang rakyat (APBD), ini pemborosan anggaran. Sungguh pejabat yang takpunya hati nurani, boro-boro mikirin rakyatnya yang lagi banyak ditimpa masalah sosial (kemiskinan), di malah buang-buang uang rakyat untuk gaya-gaya bagi-bagi kartu lebaran dengan photo suami istri. Memamng tidak ada yang salah dengan kartu lebaran tersebut, dan sah-sah saja kita membagikan katrtu lebaran, tapi yang namanya duit rakyat yang kita pakai, harusnya nanya dulu ke rakyat. Begini saya ajarin nanya kerakyaat, yat.....oh..rakyat apakah kalian sudah bisa makan enak?, apakah anak kalian semua sudah bisa sekolah?, apakah istri-istri kalian enak melahirkan?, apakah kalian semua sudah bekerja dengan layak?, Nah kalau jabawabnya ya...dan..ya, baru bilang lagi kerakyat saya mau pakai uang kalian buat bikin kartu lebaran..!. Ribet ya kalau memakai uang rakyat, ya pasti ribetlah, masalahnya digunakan untuk hal-hal yang tak ada korelasinya sama kepentingan rakyat. Coba kalau dipakai APBD untuk kepentingan rakyat, insya Allah kami rakyat ngga neko-neko, pasti ngga ngomongpun udah diijinkan setulus hati. Rakyat kita ini baik-baik lho, cuman terkadang kebaikan rakyat kita sering disalahgunakan oleh pemimpinnya sendiri. Memang dalam aturan hukum tidak ada yang melarang seorang pejabat membuat kartu lebaran dengan uang rakyat, tetapi juga tidak ada satupun hadis menganjurkan kita menyebarkan kartu lebaraan dengan uang rakyat. “ Tidaklah dua orang Islam saling bertemu dan berjabat tangan, kecuali Allah mengampuni dosanya sampai berpisah” (HR. Turmudzi), begitu indah hadis ini, namun akan amat disayangkan diletakan di kartu lebaran pejabat, yang notabenenya uang untuk kartu lebaran tersebut adalah uang rakyat, apakah siempunya tidak kecewa kalau uang mereka digunakana untuk hal-hal yang ngga penting buat rakyat, padahal agama mengajarkan jika ada sesuatu yang masih kita ragukan halal dan haramnya sebaiknya ditinggalkan atau tidak dilakukan. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang beragama dan beriman, dan semoga kesucian dan keindahan hari raya Idul Fitri tidak ternoda oleh hal-hal yang tidak ada manfaatnya, amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun