Mohon tunggu...
Filens Krispian
Filens Krispian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar / Mahasiswa @risno_ose

mempunyai hobi bermusik, olahraga dan mengisi waktu senggang membaca buku.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengekspos Motivasi Pribadi

2 Mei 2024   13:38 Diperbarui: 2 Mei 2024   13:42 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

          Menganalisis masing-masing teori motivasi menurut para ahli, dari sudut pandang Abraham Maslow dan  David C McClelland. Pertama saya akan menjelaskan bagaimana teori motivasi yang dipakai oleh Abraham Maslow. Maslow menjelaskan bahwa, di dalam hidup ini kita mempunyai motivasi yang muncul dalam pribadi-pribadi manusia, dari motivasi tersebut hadirlah kebutuhan yang mau dipenuhi. Teori ini bernama teori hierarki atau biasa dikenal teori Maslow. Maslow berpendapat bahwa untuk memenuhi kebutuhan tingkat atas, harus memenuhi kebutuhan tingkat bawah, dengan menggunakan keinginan-keinginan yang memotivasi mereka. Maslow menjelaskan bahwa dalam memenuhi kebutuhan ada dua jenis motivasi yang harus dipenuhi, untuk motivasi kekurangan sendiri mau menjelaskan bahwa usaha dari individu dalam memenuhi kebutuhan mereka. Untuk motivasi perkembangan sendiri yaitu sebuah motivasi yang secara alami muncul dalam diri individu dan membuat setiap individu semangat dalam mencapai tujuan mereka. 

          Bisa dilihat bahwa kebutuhan dasar merupakan kebutuhan yang fundamental yang berbentuk fisik, contohnya yaitu oksigen, air, makanan dll. Kebutuhan akan rasa aman meliputi rasa aman secara fisik atau emosional. Contohnya yakni kebutuhan keamanan dari tindakan kriminalitas dari orang lain. Kebutuhan sosial merupakan sebuah kebutuhan yang meliputi aspek sosial. Contohnya merasakan cinta dan kasih sayang. Kebutuhan mendapatkan penghargaan merupakan kebutuhan untuk mendapat harga diri mereka. Contohnya percaya bahwa bisa meraih cita-cita. Kebutuhan mengaktualisasikan diri merupakan tingkat tertinggi yang menjelaskan kebutuhan individu dalam memutuskan keinginan mereka.

          David McClelland merupakan orang yang berbicara tentang motivasi, bagaimana setiap individu akan memperoleh kebutuhan mereka dari budaya masyarakat yang mereka alami. Di dalam teori David McClelland, dia membagi menjadi tiga bagian penting dalam memenuhi kebutuhan. Kebutuhan berprestasi menjelaskan bahwa dorongan yang ada dalam setiap individu untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Contohnya bertanggung jawab sepenuhnya pada perbuatannya. Kebutuhan berafiliasi atau bersosial merupakan suatu keinginan untuk berteman agar bisa bersama orang lain. Contohnya lebih suka bersama teman daripada diri sendiri. Kebutuhan untuk berkuasa menjelaskan kebutuhan dalam mengendalikan lingkungan, dan juga mempengaruhi perilaku orang lain. Contohnya berusaha menimbulkan kesan untuk orang lain.

          Pandangan akan pemikiran dua tokoh di atas, saya kemas dalam sudut pandang pribadi untuk kepentingan dunia dewasa masa kini, atau bagi mereka yang mau menumbuhkan motivasi diri dari tegangan dunia. Penyakit dunia dewasa saat ini adalah berkurangnya motivasi pengenalan akan diri sendiri, bagaimana proses lebih kenal intens diberikan kepada orang lain, daripada kepada diri sendiri. Maka tepat pandangan yang diberikan oleh Abraham Maslow, dengan muncul motivasi dalam pribadi hadir juga kebutuhan-kebutuhan yang mau dipenuhi. Sehingga menjadi baik sebuah motivasi kekurangan dengan melihat kepada kepribadian atau kelemahan pada diri sendiri. Dengan begitu, melatih diri melihat kekurangan pribadi sebagai hal yang tidak ada di dalam diri, melainkan melatih kekurangan sebagai kebanggaan akan sifat yang diberikan oleh Tuhan yang nantinya berproses sebagai kelebihan. Mempercayai bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan menjadikan kita lebih aman, setidaknya kita tidak berlebihan terhadap diri sendiri karena merasa kurang. Sangat baik sudut pandang yang diberikan oleh Abraham Maslow, tetapi menjadi masalah ketika pribadi hanya fokus memberi ruang kepada kekurangan dan melepas kelebihan, hal yang terjadi adalah kelebihan akan berubah menjadi kekurangan secara cepat atau lambat begitu juga sebaliknya. Maka tetap menjadi diri sendiri yang tidak menitikberatkan salah satunya. 

          Sebuah ungkapan seorang filsuf Yunani kuno, Aristoteles, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Secara garis besar makhluk sosial mengarah kepada kebutuhan setiap individu untuk memenuhi hasrat kepada orang lain dan berdinamika bersama orang lain di dunia. Ungkapan yang serupa juga diberikan oleh David McClelland bahwa kebutuhan bersosial merupakan suatu keinginan untuk berteman agar bisa bersama orang lain. Dua sudut pandang yang membawa setiap pribadi merasa bahwa membutuhkan orang lain di hidup ini. 

          Saya memberikan sudut pandang bahwa manusia memiliki kebebasan yang diberikan Tuhan kepada setiap individu untuk berdinamika, bersosial, berinteraksi bersama siapapun. Namun proses setiap individu untuk berdinamika, bersosial, berinteraksi bersama orang lain memiliki batasan tersendiri bagi setiap pribadi. Tetapi yang menjadi masalah nantinya bahwa pribadi atau individu menggantungkan beban kepada orang lain, sehingga orang lain merasa direpotkan dalam sebuah tugas. Acap kali terjadi di dunia dewasa ini kesibukan menjadikan individu memberikan beban kepada orang lain. Maka cara yang mudah untuk diberikan adalah berdinamika, bersosial, berinteraksi secara wajar, sehingga menimbulkan kesan orang yang sedang berinteraksi saling membutuhkan satu sama lain bukan menitikberatkan beban kepada satu pihak. Maka, tetaplah menjadi pribadi yang memberikan nuansa baru bagi setiap lika-liku hidup yang penuh gundah ini.

         Kesimpulan sederhana adalah berinteraksi dan bersosial dengan orang lain merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia yang memungkinkan kita untuk membangun hubungan dengan orang lain. Tetapi, tetap mengenal diri sendiri sebagai karakter pertama yang perlu dikenal, sebelum mengenal orang lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun