Berdirinya suatu negara dipengaruhi oleh dua unsur, salah satunya unsur deklaratif. Ketika Indonesia telah mendeklarasikan kemerdekaannya, maka perlu mendapat pengakuan dari negara lain agar tidak diasingkan dalam hubungan internasional. Saat Indonesia telah merdeka dan membutuhkan pengakuan dari dunia internasional, dunia Arab pertama kali hadir untuk mengakui kedaulatan RI.Â
Diplomasi bangsa Indonesia untuk mendapat pengakuan kemerdekaan dari luar negeri secara de jure dan de facto menghadapi tantangan dan hambatan yang panjang dan berat. Pemerintah Belanda berusaha menutup jalan terhadap Indonesia dalam berdiplomasi.Â
Negara pertama dari dunia Arab maupun internasional yang pertama kali mengakui dan mendukung kemerdekaan Indonesia sebagai negara berdaulat adalah Mesir. Perjalanan panjang misi diplomatik RI dengan negara-negara Arab khususnya Mesir, mendapat tantangan dari pihak kedutaan besar Belanda yang ada di negara-negara Arab.Â
Pemerintah Belanda berusaha menghalangi jalan diplomasi RI dan menghasut bahwa para diplomat RI adalah kolaborator Jepang. Akan tetapi, usaha Belanda tersebut dihalangi oleh dukungan keras mahasiswa Indonesia yang belajar di Universitas Al-Azhar, Mesir dan juga usaha keras dari pihak Mesir dalam mendukung kemerdekaan Indonesia serta usaha keras pemerintah Republik Indonesia sendiri. Pengakuan dan dukungan yang diberikan oleh Mesir dilatarbelakangi oleh hubungan keagamaan, hubungan persaudaraan antara Mesir-Indonesia dan hubungan kekeluargaan.
Dukungan yang pertama datang dari organisasi di Mesir yaitu Ikhwanul Muslimin yang kebanyakan anggotanya para mahasiswa dari Indonesia, yang dipimpin oleh Hasan Al-Banna. Saat itu untuk mendukung kemerdekaan Indonesia, organisasi tersebut kerap mengerahkan massanya untuk melakukan demonstrasi karena menjunjung adanya demokrasi dan penolakan terhadap penindasan para penjajah.Â
Hubungan Mesir-Indonesia berawal ketika Konsul Jenderal Mesir Muhammad Abdul Moen'im datang ke Yogyakarta, Indonesia pada tanggal 13-16 Maret 1947 yang bertujuan untuk menyampaikan pesan dari hasil usaha Liga Arab pada tanggal 18 November 1946 yang bahwasannya mendukung kemerdekaan Indonesia. Liga Arab adalah organisasi yang terdiri dari negara-negara Arab yang diketuai oleh Mesir. Sejak awal berdirinya Liga Arab telah menerima permohonan mahasiswa Indonesia di Al-Azhar yang mengusulkan agar negara-negara membantu perjuangan RI dalam memperoleh pengakuan dan dukungan atas kemerdekaannya.Â
Maka dari itu, hubungan Mesir-Indonesia dan negara-negara Arab lainnya semakin luas dan terarah karena terbentuknya Liga Arab. Setelah kedatangan Konsul Jenderal Mesir ke Indonesia, maka pemerintah Indonesia saat itu yaitu Soekarno, mengirim beberapa utusan diplomatnya yang fasih dalam berbahasa asing untuk menjalin hubungan diplomasi dengan Mesir dan negara-negara Arab lainnya.Â
Delegasi tersebut adalah H. Agus Salim sebagai pemimpin delegasi, H.M. Rasjidi, Abdurrahman Baswedan dan Mr. Nazir Pamuncak. Tujuan misi diplomatiknya adalah untuk menghimpun pengakuan kemerdekaan Indonesia dari negara-negara Arab dan menjalin hubungan baik dengan mereka sebagai upaya menghadapi sidang Dewan PBB pada Agustus 1947.Â
Dan hasilnya adalah H. Agus Salim berhasil mendapat pengakuan dari Mesir. Pasca Mesir memberi pengakuan tersebut maka negara Arab lainnya yang tergabung dalam Liga Arab dianjurkan memberi pengakuan atas kemerdekaan Indonesia dengan bantuan dari delegasi-delegasi tersebut. Negara-negara tersebut adalah dari Suriah, Lebanon, Arab Saudi dan Yaman.
Keberhasilan tersebut didukung oleh surat kabar Arab yang menyuarakan kemerdekaan RI, yaitu the Arabian Press Board (APB) yang berperan mendukung perjuangan dan menjadi saksi langsung pergerakan kemerdekaan RI. Kemudian berita tersebut disiarkan melalui Radio Republik Indonesia (RRI) di Yogyakarta. Mesir sendiri mengakui kemerdekaan Indonesia secara resmi yaitu de jure dan de facto pada tanggal 22 Maret 1947.Â
Setelah itu, terjadi penandatanganan perjanjian persahabatan pada tanggal 10 Juni 1947 antara Indonesia dengan Mesir di Kementerian Luar Negeri Mesir, Kairo. Yang saat itu pihak Indonesia diwakili oleh H. Agus Salim, sedangkan pihak Mesir diwakili oleh Nokrashi Pasha. Karena perjanjian persahabatan tersebut, memicu banyak negara Arab lainnya ingin melakukan juga hal tersebut dengan Indonesia. Negara Arab pertama yang dikunjungi misi diplomatik di Mesir adalah Syiria, selanjutnya diteruskan dengan kunjungan Baghdad, Irak, Lebanon, Jedah dan Yaman.Â
Pengakuan Mesir ini menjadi landasan utama diplomasi RI diluar negeri yang mendapatkan legitimasi kuat dalam forum internasional dan mendorong negara-negara Arab lainnya untuk mengakui kemerdekaan RI dan memperkuat dukungan internasional. Berkaitan dengan hal ini, Sekretaris Jenderal Liga Arab Abdurrahman Azzam Pasha berperan penting dalam proses pengakuan tersebut. Diplomasi RI memiliki arti penting dalam sejarah hubungan Indonesia-Mesir.Â
Pertama, kedudukan Mesir begitu dominan dalam kebijakan politik negara-negara Arab karena menjadi pengendali Liga Arab. Kedua, menganalisis hubungan Indonesia-Mesir yang sudah terbentuk sebelum proklamasi kemerdekaan RI.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H