Masuknya Belanda ke Indonesia untuk menjajah, membawa beberapa  pengaruh. Salah satunya adalah peninggalan bersejarah. Belanda tidak hanya menjajah di Pulau Jawa saja, tapi juga di pulau-pulau besar Indonesia lainnya. Hal tersebut juga berlaku pada Pulau Sumatera.
Pulau Sumatera memiliki 10 provinsi, yaitu mulai dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam hingga Provinsi Lampung. Di daerah-daerah itu, Belanda meninggalkan beberapa bangunan bersejarah. Bangunan-bangunan tersebut berganti fungsi di era sekarang. Di antaranya adalah:
-
Gedung Balai Kota Lama - Medan
Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Di sini, masyarakat bisa mampir ke Balai Kota Lama Medan. Dahulu, gedung yang dibangun pada tahun 1906 ini, biasa dipakai Dewan Kota saat pendudukan Belanda untuk mengadakan pertemuan. Di sekitar bangunan ini sampai menjadi pusat kegiatan komersial dan kawasan tempat tinggal orang Eropa.
Saat ini, berganti fungsi menjadi DHeritage @Balai Kota yang merupakan bagian dari Grand Aston City Hall Hotel and Serviced Residences Medan. Sehingga, jika ingin kemari, harus memesan kamar terlebih dahulu. Namun pengunjung juga bisa datang jika hanya untuk sarapan atau makan malam, tanpa memesan kamar.
Benteng Van der Capellen - Batusangkar
Batusangkar terletak di Provinsi Sumatera Barat. Benteng Van der Capellen dibangun pada tahun 1822 oleh Belanda. Dulu, berfungsi sebagai benteng pertahanan dan memiliki hubungan dengan Perang Padri. Hal tersebut menyebabkan dinding bangunan ini memiliki ketebalan hingga 75 cm.
Di sekitar bangunan juga ada tanggul pertahanan kira-kira berjarak 4 meter dari dinding bangunan. Di bagian luar terdapat parit yang mengelilingi bangunan. Saat ini, benteng ini berfungsi sebagai kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Tanah Datar.
Jam Gadang - Padang
Jam Gadang merupakan ikon Kota Padang, Sumatera Barat, tepatnya di Bukittinggi. Ikon ini didirikan pada tahun 1926 oleh arsitek asal Minang, Jazid Rajo Mangkuto Sutan Gigi Ameh.
Puncak tertinggi Jam Gadang sudah berganti menjadi tiga kali. Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, terdapat patung ayam jantan yang berbentuk bulat. Patung ini menghadap ke arah timur. Saat pemerintahan Jepang datang ke Indonesia, bentuknya menjadi pagoda. Terakhir setelah kemerdekaan, menjadi atap Rumah Minangkabau atau Rumah Gadang.
Jam Gadang sendiri merupakan hadiah dari Ratu Belanda untuk sekretaris Kota Bukittinggi saat pendudukan Kolonial Belanda kala itu, yaitu Rook Marker. Mesin jam ini sama dengan mesin yang dipakai oleh jam Big Ben, London. Alasannya karena sama-sama dibuat oleh orang dari Jerman, yaitu Vortmann Relinghausen.
Saat ini, Jam Gadang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Bukittinggi.
Ketiga peninggalan tersebut harus kita jaga kelestariannya. Hal tersebut disebabkan karena bangunan-bangunan di atas merupakan saksi sejarah perjuangan Indonesia. Peran kita sebagai penerus bangsa adalah menjaga kelestariannya agar dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H