Mohon tunggu...
Filda Shabrina Faza
Filda Shabrina Faza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Peran Farmasi dalam Penanganan Kesehatan Mental

19 Desember 2024   10:15 Diperbarui: 19 Desember 2024   10:15 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan mental adalah masalah yang sangat mengkhawatirkan di Indonesia. Kesehatan mental adalah aspek penting dari kesejahteraan individu yang memugkinkan setiap individu tersebut mengatasi tekanan hidup, yang berkaitan dengan emosional, psikologis, dan sosial. Menurut KemkesRI, saat ini Indonesia memiliki pravelensi orang dengan gangguan mental sekitar 20% dari populasi, menunjukkan bahwa satu dari lima orang mengalami gangguan kesehatan mental. Dalam masalah ini farmasi klinik memiliki peran yang signifikan dalam penanganan kesehatan mental. Meskipun, kesehatan mental umumnya ditangani oleh psikolog atau psikiater, tetapi farmasi klinik memiliki peran yang signifikan dalam mendukung pengobatan dan pemulihan pasien dengan gangguan mental.

Berikut adalah beberapa peran apoteker dalam penanganan kesehatan mental pasien :

1. Pemantauan terapi obat

Apoteker bertugas memantau obat yang diberikan kepada pasien terkait efektivitas dan keamanan terapi obat. Apoteker dapat mengidentifikasi masalah yang ditimbulkan selama pengobatan dan akan berkoordinasi dengan dokter untuk melakukan penyesuaian. Apoteker juga monitoring efek samping obat dan identifikasi gejala putus obat sebagai efek samping obat yang telah di resepkan.

2. Penyediaan obat psikiatri

Apoteker bertanggung jawab untuk menyediakan obat - obatan yang digunakan dalam pengobatan gangguan mental, seperti antidepresan, antipsikotik, dan antianxiety drug. Mereka memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai dengan resep dokter dan aman untuk pasien.

3. Edukasi dan konseling pasien

Selain menyediakan obat, apoteker juga berperan dalam mengedukasi penggunaan obat pasien gangguan mental dengan benar, serta pentingnya kepatuhan dalam jadwal pengobatan. Banyak pasien gangguan mental yang ragu dan takut untuk menggunakan obat karena kurangnya informasi. Di sinilah apoteker membantu memberikan penjelasan yang jelas dan mendorong mereka melanjutkan pengobatan.

4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

Farmasi bekerjasama dengan dokter, psikolog, dan tenaga kesehatan lain untuk memberikan perawatan yang maksimal. Kolaborasi ini bertujuan  untuk menciptakan perawatan yang seimbang antara penggunaan obat, terapu psikologis dan pendekatan non-farmakologis lainnya.

5. Penelitian dan pengembangan

Peran farmasi di bidang penelitian berkontribusi dalam menemukan terapi yang efektif dengan efek samping yang lebih minimal. Penelitian ini memberikan harapan baru bagi pasien yang belum mendapatkan hasil terapi yang optimal.

6. Deteksi dini dan observasi

Apoteker dapat membantu mengenali tanda -- tanda awal gangguan mental melalui observasi dan skrining. Pasien juga dapat melakukan deteksi dini melalui aplikasi De-stres yang telah di kembangkan Prof. apt. Irma Melyani Puspitasari, M. Si. PhD, yang merupakan guru besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.

7. Edukasi dan konseling pasien Pemberian layanan informasi obat

Pemberian layanan informasi obat dapat dilakukan secara langsung ataupun secara online. Apoteker dapat memanfaatkan teknologi digital healt di Indonesia untuk memberikan informasi obat secara online.

Pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi pada saat ini sangat diperlukan. Mengingat kita di era dimana teknologi sudah semakin maju, maka apoteker juga harus menggunakan teknologi sebagai implementasi digital health di Indonesia. Pelayanan kefarmasian  yang dapat di upayakan dalam menagement terapi pasien gangguan mental secara online dapat  memberikan konsultasi dengan menggunakan platfofm, seperti, Whatsapp, Zoom, Google Meet, dan Webex. Dengan layanan ini, pasien yang memiliki gangguan kesehatan di dearah terpencilpun dapat mengakses konsultasi tanpa harus mengunjungi fasilitas kesehatan. Layanan digital health ini juga dapat mempermudah interaksi, pemantuan, sehingga dapat memberikan efisien waktu bagi pasien dan apoteker.

Referensi

Biofarma. (2024, August 17). Kesehatan Mental - Gejala, Penyebab, Cara Menjaga dan Menangani. Biofarma Group. https://www.biofarma.co.id/id/announcement/detail/kesehatan-mental-gejala-penyebab-cara-menjaga-dan-menangani

Hendriyana, A. (2024, January 23). Farmasi Klinik Berperan Atasi Masalah Kesehatan Jiwa di Indonesia. Universitas Padjajaran. https://www.unpad.ac.id/2024/01/farmasi-klinik-berperan-atasi-masalah-kesehatan-jiwa-di-indonesia/

KemkesRI. (2021, October 7). Kemenkes Beberkan Masalah Permasalahan Kesehatan Jiwa di Indonesia. Rokom. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211007/1338675/kemenkes-beberkan-masalah-permasalahan-kesehatan-jiwa-di-indonesia/#:~:text=Untuk%20saat%20ini%20Indonesia%20memiliki,potensi%2Dpotensi%20masalah%20gangguan%20jiwa

Wikaningtyas, P. (2022, June 21). Peran Apoteker dalam Penanganan Kesehatan Mental. Media Indonesia. https://mediaindonesia.com/humaniora/500713/peran-apoteker-dalam-penanganan-kesehatan-mental#google_vignette

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun