Mohon tunggu...
Fila Rachmad
Fila Rachmad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang mahasiswa yang menekuni kepenulisan

Menulis menjadi salah satu hobby dalam waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anak Abah VS Anak Mulyono, Apakah Representasi Cebong vs Kampret Jilid 2?

13 September 2024   20:50 Diperbarui: 13 September 2024   20:53 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

9. Belajar dari Masa Lalu
Pelajaran dari perseteruan Cebong vs Kampret sebelumnya harusnya diambil oleh masyarakat Indonesia. Polarisasi yang terjadi menyebabkan perpecahan sosial yang cukup dalam. Banyak orang yang terpecah hubungan keluarga dan persahabatan karena perbedaan pilihan politik. Apakah kita ingin mengulang kesalahan yang sama?

10. Politik Bukan Soal Identitas
Kunci penting untuk diingat adalah bahwa politik seharusnya bukan soal identitas pribadi. Seseorang yang memilih kandidat tertentu tidak berarti mereka sepenuhnya mendukung setiap tindakan orang tersebut. Politik adalah soal memilih pemimpin terbaik untuk memimpin negara, bukan soal mengikuti tokoh tertentu secara membabi buta.

11. Pentingnya Sikap Kritis
Menghadapi situasi ini, penting bagi masyarakat untuk bersikap kritis terhadap kedua kubu. Tidak ada satu pihak yang benar sepenuhnya, dan tidak ada yang salah sepenuhnya. Masyarakat harus mampu melihat kekurangan dari kandidat yang didukung dan kelebihan dari kandidat lawan.

12. Menjaga Persatuan Bangsa
Persatuan bangsa harus tetap menjadi prioritas. Berbeda pilihan politik tidak seharusnya membuat masyarakat terpecah belah. Sebaliknya, perbedaan pandangan politik harus dijadikan alat untuk memperkuat demokrasi dengan saling melengkapi dan memberi masukan yang membangun.

13. Tidak Ada Kandidat Sempurna
Perlu diingat, tidak ada satu kandidat politik yang sempurna. Semua manusia memiliki kekurangan. Oleh karena itu, jangan sampai kita membela kandidat atau tokoh politik seperti membela agama. Sebab, politik adalah urusan duniawi yang penuh dengan ketidaksempurnaan.

14. Memilih dengan Bijak
Saat pemilu tiba, masyarakat diharapkan dapat memilih dengan bijak. Pertimbangkan program-program yang ditawarkan, rekam jejak kandidat, dan dampaknya bagi negara. Jangan hanya terpaku pada sosok atau kelompok, tetapi fokuslah pada kontribusi yang mereka bisa berikan bagi bangsa.

15. Menghindari Polarisasi Ekstrem
Polarisasi ekstrem yang pernah terjadi pada masa lalu harus dihindari. Media sosial bisa menjadi ruang yang lebih positif jika digunakan untuk berdiskusi dan bertukar pendapat dengan kepala dingin, bukan menjadi tempat untuk saling menghina dan merendahkan.

16. Jangan Membela Manusia Biasa Seperti Membela Agama
Dalam menghadapi politik, sikap fanatik harus dihindari. Tidak ada manusia yang sempurna, termasuk dalam politik. Membela tokoh politik seperti membela agama hanya akan menimbulkan fanatisme yang berbahaya. Ingatlah, politik hanyalah salah satu alat untuk mencapai kesejahteraan bangsa, sementara agama adalah jalan hidup yang lebih mendalam dan suci. Tetap kritis, terbuka, dan jaga persatuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun