- pict from http://yaplog.jp/mogcaleto -
syahdan suatu ketika di tanah jawa
-- saya ga ngerti kok di tanah jawa ada nama ande-ande lumut --
kocap kacarita, si ande-ande lumut yang diangkat anak oleh nyi randha dhadhapan
sudah kondhang cakep, gantheng, dan memenuhi syarat sebagai pemenang indonesian idol,
background cerita kenapa si ande-ande lumut sampai terproyeksikan
ke dunia nyi randha dhadhapan kita lupakan saja,
fokus kita arahkan pada terjadinya persaingan yang ketat
dari cewe-cewe semlohe tercantik di jagad raya,
melebihi peri cantik dari pulo dewata,
yang disebut sebagai para klenthing,
dari klenthing abang, kuning, ijo, biru, coklat, jingga, ungu, dsb.
klenthing abang yang pertama kali mencoba menarik perhatian jagoan kita ande-ande lumut,
menembus hutan, ladang dan sawah,
sampai tiba di tepi kali yang maha lebar,
menggambarkan rintangan terberat dalam perjuangan si klenthing,
uji nyali terhadap ketegasan komitmen dan kekuatan menghadapi cobaan,
tiba-tiba ujug-ujug mak jegagik,
methungul-lah si yuyu kangkang,
manusia blangsak yang tak pernah mau menempuh jalan lurus ke depan,
seperti yuyu yang hanya bisa berjalan menyamping,
abaikan shirathal mustaqim,
berjalan mekangkang,
menganeksasi dan mengangkangi hak orang lain,
demi gunung harta tujuh turunan,
menyamping dan mekangkang, potret kita kah ?
klenthing abang hilang akal,
kali lebar tak bakal terseberangi,
hanyut sudah asa di hati,
mendapatkan ande-ande lumut pujaan hati,
yuyu kangkang menawarkan fasilitas penyeberangan,
kelas eksekutif, plus lulur-massage dan spa,
full ac, kasur lateks dan tivi plasma,
hanya dengan biaya yang ringan,
plus diskon besar-besaran,
khusus untuk si klenthing abang,
hanya satu pinta yuyu kangkang,
untuk segala kemudahan yang ditawarkan,
klething abang mau memberikan ciuman,
yang sepenuh hati dan membara,
melebihi french kiss yang membelit lidah,
menjelajahi segenap rongga,
perciuman maut dengan si yuyu kangkang
suatu sanepa dari segala kesaruan,
karena kisah ini dituturkan kepada anak kecil di jawa,
sejak jaman dahulu kala,
di mana ciuman dianggap mewakili segala syahwat,
yang tak pantes terdengar telinga anak
klenthing abang yang putus asa,
tak melihat celah lain penumbuh harapan,
demi bertemu ande-ande lumut sang jagoan,
rela memberikan keindahan ciuman,
kepada si yuyu kangkang,
durjana pemetik bunga dari kali nagatirta,
maka,
terjadilah apa yang terjadi,
jual beli dagang sapi telah resmi,
kedua pihak menepati janji,
ciuman segenap hati membayar penyeberangan kelas tinggi
cerita berlanjut,
akhirnya klenthing abang sampai
dengan segala kekurangan dan kelebihan efek penyeberangan,
di dusun dhadhapan,
beruluk salam dengan nyi randha dhadhapan,
terdengarlah tembang dialog
antara nyi randha dhadhapan dengan sang jagoan,
seperti yang telah ter-ketik-kan di atas,
hancur luruh rasa,
jiwa dan raga,
klenthing abang tak percaya bahwa pengorbanan yang dilakukan
demi menemui sang jagoan,
hanya memperoleh jawaban sinis sekenanya,
"tilas-e si yuyu kangkang" katanya :(
kok bisa tahu ya si jagoan kita,
miturut si klenthing abang,
doi sudah berkorban jiwa raga dan kesenangan,
demi dapat menyeberang dan bertemu sang pujaan,
sangat layak menerima pujian,
miturut ande-ande lumut sang jagoan,
klenthing abang tak kuat iman,
gampang terkooptasi keadaan,
mudah terbujuk goda rayuan,
sangat ngglumut dengan kkn-an,
tak layak dijadikan pilihan
-- cerita tak terlanjutkan --
dalam cerita aslinya,
sang jagoan akhirnya menemukan jelita pilihan,
yang tak mempan bujuk rayu yuyu kangkang,
yang tak lekang kooptasi jaman,
and they live happily ever after,...
dalam kisah kehidupan kita,
begitu banyak kita jumpai para klenthing,
yang bercita-cita mulia,
tapi mudah putus asa,
dan menghalalkan segala cara,
banyak juga dari kita,
yang bertingkah laku bak yuyu kangkang,
gemar berjalan menyamping tak ke depan,
bertopeng malaikat berhati setan,
memberikan pertolongan yang menghancurkan
lebih celaka lagi,
hampir semua dari kita,
merasa menjadi ande-ande lumut,
diincar oleh banyak kalangan,
karena kita memegang kekuasaan,
tak sadar bahwa kita terjual-belikan,
padahal kita adalah si yuyu kangkang,
yang menyamar sebagai ande-ande lumut sang jagoan,
berlagak sebagai klenthing yang tak terkooptasi jaman.
fenomena blantik pulitik saat ini,
menyadarkan kita,
bahwa kita semua adalah bangsa klenthing,
dengan paradigma machiavellist untuk kepentingan sesaat,
silau oleh tujuan yang mulia,
sekaligus juga kita adalah yuyu kangkang,
yang menjadikan pulitik sebagai arena bertualang,
menebarkan janji-janji lidah tanpa tulang,
menagih konsesi hasil dagang,
bolehlah kita ber ge-er hati,
kita semua adalah ande-ande lumut,
yang ditawarkan oleh para blantik berimbal kursi,
namun sungguh sayang disayang,
ande-ande lumut kita kehilangan kejernihan untuk melihat dan menelaah,
seberapa besar kooptasi jaman,
terhadap kolusi klenthing dan yuyu kangkang,
sehingga kita memilih tanpa nurani.
re-tell from ki Togog Tejomantri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H