Selasa, 12 September 2023 di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Medan dilakukan Praktikum Gas dan Termodinamika dengan judul Kelarutan Zat Sebagai Fungsi Suhu. Dimana dalam melaksanakan praktikum dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kelarutan zat sebagai fungsi suhu, bagaimana perbedaan hasil titrasi larutan yang diambil pada suhu 40Â dan 10Â serta mengetahui perubahan warna yang terjadi saat larutan yang dititrasi dengan NaOH menggunakan indicator fenolftalein.
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Didalam larutan terdapat zat pelarut dan zat terlarut. Kelarutan adalah jumlah maksimum suatu senyawa atau zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut (Astuti, dkk., 2022).
larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau larutan yang partikl-partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi. larutan sangat jenuh yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh atau dengan kata lain larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan didalam larutan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan (syukkri, 1999)
Larutan terdiri dari zat pembawa yang disebut pelarut (solvent) dan zat yang dibawa disebut terlarut (solute). Ketika larutan terbentuk dari zat dalam fase yang berbeda, zat terlarut adalah zat yang mengalami perubahan fase (misalnya, garam padat larut kedalam air menciptakan larutan cair). Ketika larutan terbentuk dari dua zat dalam satu  fasa, pelarut adalah zat yang ada dalam jumlah terbesar (Waralani dan Arrfiyana, 2020).
Pada uji coba yang dilakukan, digunakan Asam Oksalat sebagai zat telarut dan air sebagai zat pelarutnya. Asam Oksalat dilarutkan kedalam air pada suhu kamar, lalu tabung reaksi berisi larutan Asam Oksalat dimasukkan kedalam gelas yang lebih besar untuk pemanasan sampai air mencapai suhu 60Â Kemudian dilakukan pendinginan menggunakan es batu yang dimasukkan pada wadah yang berbeda. Digunakan temometer sebagai alat pengukuran suhu yang akan dititrasi dengan mengambil larutan asam oksalat jenuh pada suhu 40, 20Â dan 10Â Kemudian pada setiap larutan dengan suhu yang berbeda tersebut dilakukan pengenceran pada labu ukur 100 ml menggunakan aquades dengan mengambil masing-masing 10 ml larutan asam oksalat jenuh.
Setelah dilakukan pengenceran, selanjutnya diteteskan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes pada larutan asam oksalat yang akan dititrasi. Dititrasi setiap larutan pada suhu yang berbeda dengan NaOH. Diperhatikan perubahan warna yang terjadi pada larutan yang dititrasi. Pada titrasi yang menggunakan indicator fenolftalein akan terjadi perubahan warna menjadi lembayung ketika mencapai titik ekuivalen.
Kelarutan suatu zat akan semakin bertambah seiring dengan meningkatnya temperatur. Apabila kelarutan semakin rendah maka volume NaOH yang diperlukan juga semakin kecil (Sutresna, 2007).
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh perubahan warna pada larutan yang ditritasi pada suhu 40ketika volume NaOH 8,4 ml, pada suhu 20Â diperoleh volume NaOH 3,7 ml ketika mencapai titik ekuivlen dan pada suhu 10Â diperoleh volume NaOH sebanyak 3,4 ml.
Bedasarkan data yang didapatkan pada praktikum, dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara kelarutan zat sebagai fungsi suhu, dengan mengetahui harga kalor pelarutan. Diketahui melalui grafik yang terlampir :
Dari grafik diperoleh persamaan :