Meski menyandang gelar sarjana teknik dari universitas negeri ternama, Bakrie yang satu ini beda dengan anak-anak keluarga Bakrie. Kuliah selesai tujuh tahun, sampai batas akhir waktu. Tunggu dulu,Bakrie bukan bodoh.Bakrie mengambil 265 sks tidak seperti mahasiswa teknik lainnya yang cukup 144 sks, lulus sebagai sarjana. Hampir semua mata kuliah program studi di jurusan mesin dilahapnya. Alhasil, dia jago konstruksi, konversi energi dan teknologi industri. Selama tujuh tahun itu pula Bakrie aktif dalam kegiatan kerja sosial yang digelar senat mahasiswa di desa-desa terpencil.
Bakrie sudah punya bengkel rakitan lampu led tak bermerek , hidupnya tetap bersahaja. Mobilnya sedan nissan tahun 90-an,mungkin bekas taksi. Kesempatan untuk meraup duit banyak sebagai suplier lampu led dalam sekejap tentu ada. Namun, Bakrie ingat pesan ayahnya, ambil untung tidak boleh lebih dari 30 %. Bakrie ingat beberapa orang yang mendapat proyek pengadaan lampu menggaruk untung berlipat tanpa peduli kualitas barang. Jadi sudah bisa ditebak, dalam hitungan bulan barang tak bisa dipakai. Karena itu, Bakrie bisa menolak rejeki untuk memasok lampu jika kontraktor tidak menurut standar teknis yang dia syaratkan.
Satu waktu, berkat keahliannya di bidang Mesin, Bakrie jadi saksi ahli KPK untuk kasus korupsi pengadaan diesel di satu daerah terpencil. Keputusan hakim sangat tergantung keterangan Bakrie. Bakrie bilang , diesel itu barang bekas maka vonis penjara menanti para terdakwa korupsi. Sebelum kesaksiannya di pengadilan Bakrie jadi buruan para terdakwa dan mafianya . Bakrie sempat ditawari sejumlah uang oleh orang2 suruhan terdakwa. "Bilang aja diesel baru, nanti anda dapat uang" begitu kata orang suruhan koruptor. Tentu saja tawaran itu ditampiknya.
Rayuan tak mempan, ancaman pun datang. ."Banyak bangkai binatang di depan pintu kamar penginapan saksi-saksi" ungkap bakrie. Bakrie juga mendapat ancaman langsung. "Mau pulang selamat, atau pulang nama!"Gertak Si pengancam. Kali ini nyali Bakrie menciut. Namun, batinnya tak sanggup berdusta. Bakrie pun menelpon hakim, mengabarkan dirinya terancam. Hakim yang bijak itu pun mengatur siasat. Bakrie tetap hadir di persidangan. Keterangannya tak berubah, berdasarkan data teknis diesel itu adalah barang bekas bukan barang baru.
Usai sidang Bakrie langsung diantar ke Bandara. Sebuah pesawat komersial siap terbang. . Bakri memasuki pesawat dan beroleh tatapan sebal mata para penumpang . penumpang kesal sebab telah lama menunggu pesawat lepas landas. . Kejengkelan para penumpang tak sebanding dengan kecemasan Bakrie. Setelah duduk di kursi peswat, Bakrie tetap gelisah. Bakrie khawatir ada diantara penumpang orang suruhan koruptor yang akan membunuhnya. Di angkasa, Bakrie terbayang keluarga di rumah. terbayang saat berada di desa-desa terpencil yang dilakukan sejak kuliah hingga lebih dari separuh umurnya.Sebagai mahasiswa yang mendapat subsidi negara alias ,uang takyat Bakrie dan kawan-kawan merasa berutang budi dengan rakyat desa . Mereka gelisah dengan ketimpangan pembanguan.Tentu korupsi yang menjadi salah satu biang keladinya. Maka Terbangunlah solidaritas diantara Bakrie dan kawan-kawannya. Mereka berkomitmen tetap akan meluangkan waktu untuk kerja sosial setiap tahunnya meski kini sudah sibuk bekerja.
Lamunan Bakrie buyar saat pesawat mendarat. Turun dari pesawat, di atas aspal bandara di kotanya, disitulah untuk kali pertama, Bakrie bersujud syukur. Menitik air mata, Nyawanya selamat. Bakrie Masih diberi umur panjang untuk memegang teguh komitmen luangkan waktu kerja sosial di desa-desa terpencil bersama mahasiswa, dan teman-temannya. penulis teringat dengan ucapan Proklamator Soekarno:“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . jika Soekarno masih hidup,mungkin akan berkata; ‘berikan 5 pemuda seperti bakrie ,rakyat desa dipelosok Nusantara ini merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Merdeka dari ketidakadilan pembangunan , merdeka dari kemiskinan!”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H