ter Anda yang sholat di mushola tempat-tempat umum pasti sering melihat beberapa orang salin mempersilakan orang lainnya untuk menjadi imam. Jarang ada yang bilang" saya jadi imam kalian jadi makmum".Tidak ada yang berebut jadi Imam.
Mengapa ini terjadi?Karena kita sadar jadi Imam punya tanggung jawab besar.Kita diajarkan berfikir positif terhadap orang lain dan mengukur kepantasan diri sendiri. Jika tidak saling mengenal Secara etika, orang paling banyak yang ditunjuklah yang akhirnya maju menjadi imam. Tentu dengan segala pertimbangan,misalnya penampilan kasat mata. Dan tidak ada yang salah, jika ternyata imam yang terpilih tadi
Ternyata bacaannya tidak lebih fasih dari pada anda sendiri.
Bagaimana dengan memilih pemimpin bangsa? Tentu survey salah satu metode yang paling kerap dipakai. Kita tahu tahu berdasarkan hasil surver yg dilakukan bereberapa lembaga survey, Jokowi selalu unggul ketimbang prabowo dan tokoh nasional lainnya. Jokowi hanya kalah menjadi urutan no2 dibawah JK . Ini hasil peneletian Pol-Tracking dengan mengumpulkan 330 guru besar (profesor) dari 33 provinsi seluruh Indonesia. Seluruh kegiatan survei dilakukan pada 3 Februari hingga 10 Maret 2014 lalu.
Beragam cara dilakukan untuk meningkatkan elektabilitas capres pesaing Jokowi. Karena tidak punya modal kelebihan yang bisa ditonjolkan cara yang mudah adalah dengan memperburuk citra jokowi.
Terbitlah tabloid obor, sukses.
Elektabilitas Jokowi mulai tergerus. Pemilih berbasis islam percaya , menelan mentah2 apa yang ditulis obor yang disebar secara masif di masjid-masjid.
Para kyai,ustazah masjelis taklim tidak menginformasikan jemaahnya bahwa adik, ipar prabowo adalah non muslim
. Yang digembar-gemborkan jokowi tidak amanah. Meninggalkan gubernur kristen untuk menjadi presiden. Sukses propaganda obor, ditambah isu soal syiah dan ahmadiyah, makin memikat para kyai dan ustazah.
Isu ini jelas gampang disanggah, kalo mereka jeli mencari tahu siapa Prabowo, siapa Hasyim.
Seperti link di bawah ini: http://www.satuharapan.com/read-detail/read/hashim-prabowo-bisa-kendalikan-pks-dan-buka-yasmin