Mohon tunggu...
Fikty Aprilinayati E
Fikty Aprilinayati E Mohon Tunggu... Lainnya - Sustainable Forest Management and Biosphere Reserve Management Advisor

Trekking, diving, Kuliner dan Mengunjungi Tempat Baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Geliat Harmonisasi Budaya dengan Tren Masa Kini di Cagar Biosfer Lore Lindu

21 Juli 2022   10:57 Diperbarui: 19 Agustus 2022   09:24 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekayaan budaya maupun nilai kearifan lokal yang telah diwariskan oleh nenek moyang sangat penting untuk dilestarikan. Begitu pula hubungan antara hutan dengan masyarakat di sekitarnya yang merupakan dua komponen ekosistem yang harus mendapat perhatian dalam upaya menjamin pengelolaan sumber daya hutan secara lestari. 

Sumberdaya hutan yang lestari dapat memberikan jaminan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya, dan begitupula sebaliknya masyarakat dapat memberikan kontribusi dalam menjaga kelestarian hutan yang berada di wilayahnya. 

Dalam hal ini hutan memberikan fungsi ekonomi dan jasa lingkungan sehingga sudah semestinya diperlukan pengelolaan yang baik dan bijak sehingga dapat memenuhi fungsi tersebut.

Ternyata upaya dalam melestarikan kebudayaan dan sumber daya hutan dapat dipadukan dengan tren masa kini. Sebagai contoh jika kita menengok masyarakat di Desa Toro atau biasa disebut Ngata Toro. 

Desa Toro atau Ngata Toro terletak di dalam Cagar Biosfer Lore Lindu dan secara administrasi terletak di kecamatan Kulawi, dimana wilayah pemukiman dan pertanian mereka merupakan sebuah hamparan lembah yang dikelilingi pegunungan dengan dua barisan bukit.

Melalui Organisasi Perempuan Adat Ngata Toro (OPANT) yang didukung oleh Forum Koordinasi dan Komunikasi Cagar Biosfer Lore Lindu menginisiasi pelatihan dan transfer pengetahuan bagi perempuan dan murid Sekolah Adat di Toro terkait pembuatan kain kulit kayu dan menyulam guna menghasilkan produk kerajinan tangan yang salah satunya merupakan hiasan dinding yang disulam (embroidery) dengan berbagai motif. 

Mengingat saat ini penggunaan pakaian kain kulit kayu kurang diminati dan sudah jauh berkurang karena kain tersebut tidak dapat basah ataupun dicuci dan bahkan tidak diketahui oleh generasi muda.

Dokpri
Dokpri

Harapannya para perempuan dan siswa Sekolah Adat dapat meningkatkan pendapatannya melalui pemanfaatan kulit kayu untuk produksi kerajinan tangan, selain itu  mereka juga bertanggung jawab terhadap keberlanjutan sumber material kulit kayu, yaitu pohon beringin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun