[caption caption="Elegi"][/caption]
Halo Fiksianer! Apa kabar?
Kemarin kami Tim Admin FC baru saja menyelenggarakan belajar bareng membuat elegi di grup FB Fiksiana Community.
Â
Apa itu elegi?
Elegi adalah puisi baru yang berisi tentang ratap tangis atau kesedihan. Objek yang digambarkan di dalam elegi biasanya berupa pengalaman-pengalaman pahit atas hal yang pernah dialami, atau bisa juga berupa penyesalan atas sesuatu yang pernah dilakukan di masa lalu.
Ciri-ciri elegi :
Elegi tidak jauh berbeda dengan puisi. Hanya saja elegi berisi curahan akan kesedihan yang mendalam, ratapan dan ungkapan dukacita. Elegi biasa ditulis pada saat kehilangan atau kematian seseorang.
Berikut beberapa elegi karya Fiksianer di Fiksiana Community;
Eka Murti
Cemara Sewu
Pernah kau hitung satu per satu
Jejeran cemara di puncak Lawu
Tapi hitunganmu tak genap seribu
Dua puluh tujuh... ya, hanya sampai di situ
Cemara yang terlihat serupa
Membuatmu selalu kehilangan angka
Lalu kau hitung lagi dari semula
Begitu percaya pada legenda
Hutan nirmala prajamu
Tiada yang usil mengganggu
Mendendangkan syair lagu
Senandung merdu nan syahdu
Lalu angan mulai menghilang
Sketsa semuram bayang
Halimun merambak jalang
Hasrat terkekang pun melayang
Hawa dingin menggiring beku
Terbaring damai di atas tandu
Terhenti senda gurau
Tersisa hanya sendu
Wahai jiwa yang suci
Kuikhlaskan kau kembali
Pada keindahan surgawi
Dengan doa mengiringi
Eka-270216
Â
Agoes Permana
Malam Setengah Tiang
Sungguh, Dia yang hak maha berkehendak, ketetapannya tak mampu dielak; daun yang bertuliskan namamu di pohon arsy-Nya, mesti gugur, luruh ke astana, hingga menjadi sebuah pusara.
Malam itu, seluruh bahasaku runtuh, hanyut terbawa arus sungai air mata, mata yang tercucuk duka; di hadapan ibu, aku dan dua adikku, engkau bersama maut memilih meringkas hidup, dengan lembut meringkus degup.
Malam itu, sejak maut memohon sarang di tubuhmu, sontak kata-kataku bergulung, memilin kuduk dan jantung.
Seakan ada kalimat sesal yang hingga kini sungai duka di tubuhku urung mengering;
"Pintu jahanam di sebrang lautan tampak, Pintu Surga di depan mata sendiri ditampik."
Â
Cuzzy Fitriyani.
Namamu
Sendiri pada sebuah padang rumput
Di tengah hujan lebat
Aku dapati sebuah batu
Batu penyebab semua rasa sakitku
Aku tersandung kabut
Tak percaya, aku jatuh berlutut
Terisak dalam kesedihan
Kabut pun tunduk menangis
Suara sedihnya seperti hatiku
Aku jatuh ke tanah, bersimpuh
Menangis untuk siapa?
Perih segala rasaku
Batu yang kutemukan
Batu yang bertuan atas namamu
***
Sekian saja, jangan lupa kunjungi Fiksiana Community di grup FB, Fanspage, Instagram, dan Twitter.
Hormat kami.
Tim Admin FC
[caption caption="Logo Fiksiana Community"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H