Dkils- Ini jelas bukan kebiasaannya. Aneh buat sebagian orang yang mengenalnya. Terlebih diriku.
Dia sedang minum kopi. Mengaduk kopi hitam yang kutahu terasa pahit tanpa tambahan gula. Sebatang rokok menyelip di antara dua bibir tebalnya. Menghirup dalam-dalam lantas menghembuskannya kencang-kencang.Â
Sayup-sayup terdengar suara dzikir Asmaul Husna dari masjid sebelah rumah. Setahuku, selesai salat subuh dia mandi dan berpakaian rapi lantas langsung berangkat kerja. Tidak pakai berlama-lama dipojokan dengan pandangan menerawang seperti yang kulihat saat ini.
Adakah hal berat yang menggelayuti pikirannya?
Atau sekedar melepas beban dengan rutinitas harian?
Kulempar batu kecil untuk mengganggu konsentrasinya. Tak kena. Kuulang lagi. Juga tak kena. Penasaran kuambil batu lebih besar dan melemparinya kembali. Terjadi keanehan. Dia tetap terpaku menatap genteng rumah tetangga dengan tatapan kosong.
Aneh.
Segera kuambil sandal untuk mendekatinya. Â Sebelum aku melangkah, seseorang menepuk pundak. "Mau ke mana mpok? Di cariin Emak tuh buat beresin pakaian Bang Cielung. Kata Emak mending dikasih ke orang aja pakaiannya biar Mpok ngga keingetan Bang Cielung mulu." Rupanya adik iparku yang menegor.
Aku tersenyum. Dan saat kuhadapkan ke pojok dapur, tempat suamiku tadi biasa nongkrong usai bekerja untuk istirahat, ternyata bangku itu kosong. Tak ada sisa-sisa orang di situ.
Buru-buru kuucap istighfar