Beredar kabar bahwa gangguan itu didapat ketika melintasi kebun pisang milik Haji Zul yang bersebelahan dengan keberadaan sumur tua tak bertuan. Konon menurut angin yang berhembus, sumur tua itu bekas peninggalan zaman Belanda yang digunakan untuk menghukum rakyat yang melawan.
Menurut sumber lain, sumur tersebut dibuat oleh seorang lelaki tua jauh sebelum Belanda datang, dengan cara menancapkan tongkat berkepala keong miliknya ke dalam tanah. Ketika tongkat tersebut dicabut, keluarlah air hingga menjadi sumur seperti sekarang.
Rio baru datang dari kota untuk menyelesaikan tugas akhir kuliahnya di kampung Pites ini. Ia menjadi penasaran dengan desas desus yang ada di kampung tersebut. Rasa penasaran Rio, ia utarakan kepada sohibnya, Juned, yang memang asli putra daerah tereebut.
"Seriusan ngga mesti malam kita datang ke situ?" Rio memastikan kepada Juned tentang gangguan di sumur tua itu.
"Serius Rio. Loe datang aja sekarang kalau ngga percaya." Tantang Juned
"Oke kalau begitu. Gua langsung ke sana. Penasaran soalnya." Rio pun mengambil sepeda yang ia pinjam dari Siti, temen kuliahnya yang memiliki rambut lurus menjuntai sampai ke bokongnya.
Gemerisik suara daun pisang tertiup angin menyambut kedatangan Rio. Seorang diri ia datang, tanpa pengawalan. Dicarinya posisi sumur tua yang menjadi cerita ramai di kampung ini.
Usai menyandarkan sepeda pada sebatang pohon pisang, Rio melangkah dengan mantap. Tak berselang lama, dari arah selatan muncul sesosok pria yang berpenampilan tak karuan. Pria itu berlarian dengan teriak dan mendekati Rio.
Tanpa diduga, pria tersebut menubruk dan memeluk Rio dengan erat. Sadar sosok pria yang ia hadapi sekarang, segera Rio menyelamatkan diri. Tak peduli pria itu terus berusaha memeluknya, Rio mendorong hingga pria yang memakai rok tersebut terjerambab hingga kelihatan kolor yang ia kenakan berwarna biru.
Rio tak menggubris rintihan dan teriakan pria malang itu. Pikirnya, dia harus menjauhi segera pria tersebut sebelum terjadi yang tidak ia inginkan. Karena kedua mata tetap mengarah pada pria tersebut, Rio tak menyadari bahwa di depannya ada empang hingga membuatnya ia terpeleset dan terjengkang tak karuan.
Tak jauh dari tempat Rio jatuh, terdengar suara beberapa orang tertawa terbahak-bahak. Sadar ia ditertawakan, Rio mencari sumber suara tertawa tersebut. Dan ia pun tercengang saat menyadari bahwa yang tertawa tadi rupanya Juned dan teman-temannya.
"Apes... dikerjain gua." Ucap Rio dalam hati sambil meremas gumpalan berwarna kuning yang ia dapatkan dari empang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H