Mohon tunggu...
De Kils Difa
De Kils Difa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat

Berkarya Tiada BAtaS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bapak Imoet, Anak Nggemesin

18 Mei 2016   15:01 Diperbarui: 18 Mei 2016   15:06 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di ruang sunyi.

Ia duduk tepat menghadapku. Hanya meja kami yang memisahkan jarak. Wajahnya rupawan. Senyum manisnya pun menawan. Ia menjadi bahan perbincangan rekan-rekan dua hari ini karena tingkah polahnya yang nyebelin tapi nggemesin.

Konon, usianya 12 tahun. Tapi sikapnya masih seperti anak berusia 5-6 tahun. Belum bisa mandiri, cari perhatian terus, susah konsentrasi, ngga bisa diam, usil dan manja banget. Itu yang aku perhatiin dua kali duduk dihadapannya selama kurang lebih 4 jam.

Pernah suatu waktu, seorang rekan bercerita bahwa si anak nggemesin ini asyik sendiri main-main dengan hidungnya (ngupil) lantas membuangnya ke arah sang teman. Spontan aja, sang teman njerit geli dan hebohlah isi ruangan yang tadinya sunyi.

Di lain waktu, pernah juga ia ngusilin temannya. Ia coba-coba mengeluarkan ingus kepada temannya. Eeeh ndilalah malah tuh ingus keluar beneran dan muncratlah di bajunya. Heboh lagi ruangan yang tadinya sunyi.

Namanya juga anak-anak. Tingkah polahnya emang nganggenin buat di ceritain.

Sekarang dia memandangku sambil kuku-kuku di jemarinya ia mainkan. Ketika empat mata ini bertemu, ia menoleh. Memandang ke dinding ruang sunyi. “Tumben dia belum bertingkah.” Ucap batinku

Ia kembali memandang ke arahku. Kali ini sambil menggigit  kuku-kuku jemari tangannya. Aku menggelengkan kepala, memberi isyarat kepadanya biar ngga ngelakuin kegiatan itu. Dan tampaknya isyaratku berhasil. Ia jauhkan kukunya dari mulut.

Kemudian ia duduk dengan bertopangkan meja. Kedua matanya tetap mengarah kepadaku. Tak lama kepalanya di angkat. Kemudian tangan kanannya dijadikan bantal bagi kepalanya dan pandangannya tetap kepadaku.

Aku bangun, ku dekati mejanya. Ia tegakkan kepalanya. Matanya masih tertuju kepadaku. Ingin aku mengelus kepalanya. Tiba-tiba terdengar dari mulutnya “Bapak imoet juga yaaa….!!!”

Meledaklah tawa riuh ruang yang tadi sunyi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun