Mohon tunggu...
De Kils Difa
De Kils Difa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat

Berkarya Tiada BAtaS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Playboy Bangkotan

18 Januari 2016   14:50 Diperbarui: 18 Januari 2016   14:59 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore menjelang. Kicau burung bersahutan. Hari ini tak nampak tanda-tanda hujan kan membasahi bumi. Angin sepoi-sepoi membuat orang-orang betah berlama-lama di bawah pohon belimbing.

Dari kejauhan seorang pria setengah baya bersepeda sambil membentangkan kedua tangannya. Kedua mata terpejam mengarah ke atas awan. Mulut besarnya komat-kamit mendendangkan lagu “Ku tak bisaa….. Jaauh darimuuuuu…”

“Wel… Loe lihat dah ! Si Jabrik bukan itu?.” Ujar Pitak menjawil Nowel yang sedang makan buah belimbing.

“Widiiiihh..!” Timpal Nowel sambil memonyongkan kedua bibir dan mengucek kedua matanya.

“Jabrik, mau kemana? Mampir sini !” Teriak Pitak saat Jabrik melintas di depan kebun belimbing, tempat Pitak dan Nowel berteduh.

“Woy… Ngga aah, Gua mau ke warung mpok Ati !” Jabrik mempercepat laju sepedanya dengan memeletkan lidah,” Hahahaha.. Daaah…!”

“Aaaah… Payah ga asyik !” Celetuk Nowel sambil melempar belimbing busuk ke arah Jabrik

**

Di sudut kampung, terdapat warung kopi. Beragam latar belakang pengunjung datang untuk singgah di warung ini. Dari pagi, hingga malam selalu penuh dipadati pelanggan terutama oleh supir angkot.

Pedagangnya adalah seorang janda. Baru punya anak satu, kelas dua SD. Para pengunjung biasa memangginyal Mpok Ati. Konon kabarnya, ia menjanda sebab sang suami meninggal karena terkena santet seorang dukun yang sakit hati karena tak mampu memiliki Mpok Ati.

Warung Mpok Ati selalu ramai. Entah pakai ‘ajian’ apa sehingga orang pada rela jajan dan berlama-lama di warungnya. Padahal isi dagangannya standar warung pinggir jalan. Ada kopi, teh manis, Indomie rebus, gorengan, rokok, plus jamu-jamuan. Tak ada dagangan yang istimewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun