Mohon tunggu...
fikriyanda
fikriyanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang pemain gitar dan juga biasanya bermain gitar walaupun tidak terlalu jago

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senandung Terakhir Sang Gitar

22 November 2024   16:40 Diperbarui: 22 November 2024   17:37 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam hening malam yang penuh cerita,
Kau berdiri di sudut, setia dan tanpa suara.
Tubuhmu kayu, suaramu jiwa,
Mengalun harmoni, menepis luka.

Setiap petikan adalah bahasa hati,
Mengungkap rasa yang sulit terucap pasti.
Kau temani tangis, tawa, dan sunyiku,
Kawan setia di kala sepi bertamu.

Namun waktu tak pernah berbelas kasih,
Senarmu mulai renggang, suaramu letih.
Petikan terakhir terasa begitu pilu,
Seolah kau tahu, akhir ceritamu tiba di situ.

Senar putus, namun kenangan tak luruh,
Di setiap nadamu, aku kembali utuh.
Meski tak lagi kau bernyanyi untukku,
Hidupku tetap berpijak pada nada-nadamu.

Kini kau diam, hanya jadi kenangan,
Namun bagiku, kau adalah keabadian.
Sang gitar yang tak pernah berkhianat,
Mengisi hidup dengan harmoni yang hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun