Dulunya senjoyo adalah sebuah sendang/kolam atau dalam mytologi Hondu dikenal "pertirtaan" ( tempat pemandian para raja/ bangsawan. Senjoyo memiliki luas 24m. Senjoyo berada di daerah Desa Tegalwaton kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Dinamakan Senjoyo karena yaitu adanya tokoh Sanjaya yang merupakan raja kerajaan Medang.
Pada sekitar abad ke VII Masehi, di Pulau Jawa tepatnya di Jawa Tengah pernah berdiri sebuah kerajaan besar bernama " Medang". Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti sungai Bogowonto, sungai Benagawan Solo. Sanjaya juga dikenal memiliki sikap toleran yang tinggi dalam hal keperayaan. Kerajaan Medang yang semula hidup aman tentram, mulai diganggu dengan munculnya pembrontakan dan serangan dari luar kerajaan Medang. Hingga akhirnya sampailah sanjaya di suatu tempat yang berhawa sejuk dan teduh.Â
Sanjaya ketenangan yang luar biasa. Raja Sanjaya melakukan semedi memohon kepada sang Hyang widi agar pembangunan bangunan suci dapat berjalan dengan baik tanpa ada halangan. Atas kehendak sang Hyang Widi, karena ketulusan dan kesucian batin, tubuh Sanjaya moksa saat berendam di mata air tersebut. Tempat sendang tempat Sanjaya moksa diberi nama petirtaan Senjoyo.
Masyarakat disekitarnya menyebut "sendang Senjoyo". Keberadaan sendang Senjoyo sampai saat ini masih dapat kita jumpai dengan kondisi masih alami. Bangunannya, relief batu, dll. sumber mata air nan jernih terus memancar sekencang aura mata batin Sanjaya. Di sekitar Senjoyo, kita masih bisa jumpai reruntuhan bangunan Candi yang dulu pernah berdiri dengan sangat megah sebagai bukti ketaatan hamba sang pencipta.
Umbul senjoyo ini dulunya menjadi mata air pertama di salatiga, tempatnya berada di salah satu desa di ujung kota Salatiga. Mata air ini merupakan salah satu sumber mata air PDAM kota Salatiga, selain airnya yang jernih sepajang musim airnya tidak pernah surut atau mengering. Air yang diperoleh dari sumber mata air Senjoyo ini langsung disalurkan ke konsumen atau rumah-rumah penduduk sekitar karena airnya yang jernih.
Untuk menuju ke lokasi, dari pusat kota Salatiga tidak sangat lama hanya menempuh 10 -- 20 menit saja. Jalan menuju lokasi ini relatif mulus dan suasananya dingin karena banyak pohon-pohon dan persawahan. Pengunjung dapat menjumpai berbagai situs bebatuan berelief peninnggalan kuno.. Tempat ini selalu ramai dikunjungi warga karena konon dipercaya siapapun yang mandi di mata air Senjoyo itu dipercaya akan mendapatkan berkah dan kesehatan.
Dalam massa pandemi Covid-19 umbul Senjoyo sangat sepi sekali, dan warga yang mengunjungi sangat sedikit. Padahal sebelum pandemi puncak keramaian Senjoyo menjelang Ramadhan di mana warga berbondong-bondong melakukan ritual padusan. Untuk berenang atau siblon di kawasan ini terbagi di sendang Lanang dan sendang Wadon.
Dengan keadaan yang sekarang Covid19 yang mulai menurun di Indonesia, kini Umbul Senjoyo mulai dipadati penduduk yang ingin berwisata di Senjoyo. Pengunjung dari berbagai daerah yang ingin berkunjung ke Senjoyo karena dengan pemandangan yang sangat bagus dan asri. Menjelag bulan Ramadhan, tardisi masyarakat muslim  jawa sebelum puasa yaitu Padusan.Â
Tradisi ini sudah ada sejak zaman Wali Songo, tradisi ini bertujuan untuk membersihkan diri baik secara lahir dan batin guna menyongsong datangnya bulan Ramadhan. Selain itu, padusan juga bisa menjadi momen untuk merenung dan introspeksi diri atas kesalahan- kesalahan yang telah dilakukan di masa lampau. Oleh karena itulah padusan harus dilakukan di tempat yang sepi.
Air yang jernih dan menyegarkan membuat Umbul Senjoyo dipilih untuk melakukan ritual padusan. Umbul Senjoyo di Salatiga dipercaya sebagai kolam pemandian keluarga kerajaan yag telah dibangun sejak Dinasi Syailendra. Selain itu, di kawasan umbul ini juga ditemukan Arca Ganesha yang kemudian di rubah namanya menjadi Antefiks Senjoyo. Namun, saat ini fungsi utama dari umbul ini adalah sebagai destinasi wisata karena keindahan alamnya yang mempesona.Â
Unsur sakral yang dimiliki Umbul Senjoyo ini membuat siapapun yang mandi atau melakukan ritual padusan menjelang Ramadhan di umbul ini akan disucikan raga dan jiwanya, selain itu juga mampu menolak bala. Selain tradisi padusan, Senjoyo juga sering dilakukan upacara Mapang Tanggal setiap malam satu sura.
Keindahan alam yang ada di Senjoyo yang masih murni dan masih terjaga, menjadikan wisata mata air ini menjadi salah satu tempat destinasi pilihan bagi masyarakat untuk menghabiskan waktu libur bersama. Cukup dengan biaya parkir mobil tahu motor saja, tidak ada tarif masuk ada sebagian tempat yang harus bayar tetapi tidak relatif mahal. Fasilitas yang ada di Umbul Senjoyo berupa tempat parkir mobil dan motor, mushola, kamar mandi, dan bagi ingin menginap tersedia tempat penginapan.
Senjoyo sekarang menajdi wisata  favorit di jawa tengah pada saat akhir tahun atau musim liburan. Senjoyo sekarang memiliki bebrapa wahan dan tempat untuk melihat pemandangan yaitu bermain bebek" an yang mengelilingi danau kecil di Umbul Senjoyo dengan tarif cukup murah 10 ribu saja dengan waktu 20 menit. Tidak Cuma itu wisatawan dapat nongkrong di tengah sungai sambil makan dan minum dengan senang hati. Tempat yang paling di minati di Senjoyo adalah duduk di tengah sungai banyak pengunjung yang tertarik karena airnya sangat bening.
Tidak Cuma wahana saja yang menarik, tetapi ada makanan khas dari Umbul Senjoyo yaitu bakwan jembak yang terbuat dari selada. Rasa dari bakwan jembak ini perpaduan dari segarnya daun jembak dan gurih. Pengunjung yang datangpun bisa menyaksikan proses pembuatan bakwan jembak tersebut yang digoreng di tungku kayu bakar. Gorengan tersebut telah dibuat sejak puluhan tahun.
Bagi fotografer bahkan dapat memanfaatkan keindahan di Senjoyo, terutama ketika merasakan pesona dari sunset dan sunrise berada di kawasan tersebut, obyek tersebut berhiaskan oleh kegagaghan gunung Ungaran dan kilauan mata air Senjoyo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H