Mohon tunggu...
Fikri Wahid
Fikri Wahid Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Masih dalam perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kita yang Hampir

14 Oktober 2020   20:54 Diperbarui: 19 Oktober 2020   10:08 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Beberapa orang suka mengingat masa lalu sebagai bentuk rasa syukur atas segala kepergian yang dilewati. 

Lagu-lagu sendu terputar terus untuk menjawab penyesalan dari apa yang diharapkan.

Kenangan..

Satu persen: masa lalu. Dan, sembilan puluh sembilan persen: penyesalan.

Kala itu, selalu ada senyummu yang menggantikan secangkir kopi di pagi hari; manis, tak semanis hubungan kita. Dan, ternyata bukan hanya pahlawan saja yang bisa dikenang, masa itu juga ternyata bisa.

Sangat membekas; betah dalam pikiran.

Ingatkah?

Kita pernah bercerita di bawah matahari terbenam. Bukan dengan telepon genggam, tapi dengan tangan yang saling menggenggam. Jika matahari pergi karena adanya kegelapan, apakah kamu juga akan pergi karena aku mempunyai kekurangan?

Manado, 14 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun