Senin, 20 Mei 2024 - Sejumlah mahasiswa IPB University telah melakukan wawancara dan diskusi bersama Dr. Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc., seorang akademisi di bidang Artificial intelligence.
Diskusi ini menjadi platform yang kaya untuk mengekslorasi potensi (Opportunity) dan tantangan (Threat) yang dihadirkan oleh teknologi modern dalam pendidikan, terutama melalui pemanfaatan ChatGPT(Generative Pre-training Transformer).
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) yang beranggotakan Elsha Rahmanda Khaini (SB), Azdan Haikal Akmal (EP), Achmad Nur Huda (AGB), Fikri Ul Haqqi (MAN), di bawah bimbingan Ibu Dr. Widyastutik S.E., M.Si. dari Departemen Ekonomi Pembangunan.
Dalam pertemuan ini, Ibu Meuthia menjelaskan secara rinci mengenai ChatGPT, sebuah alat bantu teknologi yang dapat digunakan oleh siswa dan berbagai pengguna lainnya untuk memperoleh penjelasan dan informasi yang luas dalam berbagai aspek.
Menurut beliau, ChatGPT dapat dimanfaatkan dalam berbagai mata pelajaran, terutama ketika siswa diberikan topik yang harus dikaji secara mendalam. Yang mana ChatGPT dapat memberikan support system untuk memberikan gambaran dan informasi yang dibutuhkan.
Ibu Meuthia juga menjelaskan bahwa ChatGPT memiliki kelebihan dan kekurangan
“Kelebihan ChatGPT, Ia dapat memberikan gambaran secara lebih besar pada siswa. Sehingga, yang awalnya sudut pandang siswa itu terbatas, tetapi dengan adanya respon dari ChatGPT yang lebih luas, menyebabkan sudut pandang siswa lebih luas lagi”. Ujar Ibu Meuthia. Namun, beliau juga mengingatkan bahwa ChatGPT tidak boleh dianggap sebagai satu-satunya sumber kebenaran dalam kegiatan akademik. "ChatGPT hanyalah alat bantu. Ia tidak dapat menjadi patokan utama dalam kegiatan akademik. Siswa harus tetap kritis dan mampu menyaring informasi yang diberikan," tambah Ibu Meuthia, menekankan pentingnya sikap analitis dalam penggunaan teknologi ini.
Lebih lanjut, Ibu Meuthia mengungkapkan bahwa ChatGPT memiliki potensi besar untuk merangsang kreativitas siswa. Misalnya, dari informasi yang disajikan oleh ChatGPT, siswa merespon 5W+1H(What, Who, When, Where, Why, How), ChatGPT dapat membantu siswa menggali lebih lanjut dan menghasilkan ide-ide baru.
"Dari informasi yang disajikan oleh ChatGPT, siswa dapat merespon dengan pertanyaan-pertanyaan kritis yang kemudian memicu mereka untuk menghasilkan ide-ide kreatif," jelas beliau.
Namun, beliau juga mengingatkan bahwa ada batasan dalam penggunaan ChatGPT. Teknologi ini, meskipun sangat canggih, terkadang masih menghadapi kendala dalam memahami konteks yang sangat kompleks atau memberikan interpretasi yang tepat untuk beberapa skenario yang unik. Oleh karena itu, penggunaan ChatGPT harus disertai dengan bimbingan dan evaluasi yang tepat dari pendidik.
Dalam peluang dan tren masa depan pendidikan, Ibu Meuthia berpendapat bahwa penggunaan ChatGPT akan semakin besar dan bermanfaat dalam dunia pendidikan.
“Peluang dan tren masa depan pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh alat bantu teknologi seperti ChatGPT. Namun, penting bagi siswa untuk tidak hanya menerima informasi secara mentah, tetapi juga mampu mengolah dan mengembangkannya menjadi ide-ide yang lebih kreatif dan inovatif,”Ujar Beliau.
Dalam kesimpulannya, Ibu Meuthia menekankan bahwa kunci utama dalam memanfaatkan teknologi dalam pendidikan adalah keseimbangan antara menerima informasi yang diberikan oleh alat bantu teknologi dan kemampuan untuk berpikir kritis serta kreatif dalam mengolah informasi tersebut.
Diskusi ini tidak hanya memberikan wawasan yang berharga bagi para peserta didik, tetapi juga menjadi refleksi penting tentang bagaimana teknologi dapat dan harus digunakan dalam pendidikan untuk mempersiapkan generasi mendatang yang lebih siap menghadapi tantangan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H