Selain penggunaan batik, para mahasiswa mengusulkan berbagai ide kreatif untuk melestarikan kearifan lokal di kampus. Salah satunya adalah program cultural performance, di mana mahasiswa dari berbagai latar belakang budaya menampilkan seni dan tradisi daerah mereka.
Ada juga usulan untuk memperkenalkan pakaian adat atau berkain dalam momen-momen tertentu. "Memakai kain batik mungkin lebih mudah diterapkan karena gen Z lebih suka dengan gaya seperti itu," tambah Sehan.
Mahasiswa Sosiologi juga menyarankan agar batik tidak hanya digunakan dalam bentuk pakaian formal. "Batik bisa dikreasikan dalam bentuk casual sehingga lebih menarik bagi generasi muda," ujar mereka.
Program penggunaan batik di lingkungan kampus tidak hanya memberikan manfaat simbolis tetapi juga memperkuat rasa cinta terhadap budaya lokal di kalangan mahasiswa. Meski masih menghadapi tantangan pelaksanaan, program ini memiliki potensi besar untuk untuk terus dikembangkan. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk mahasiswa, dosen, dan organisasi kampus, menjadi kunci keberhasilan program ini.
Langkah-langkah tambahan seperti sosialisasi yang lebih intensif, perluasan partisipasi lintas prodi, dan inovasi kreatif dalam pelestarian budaya dapat menjadikan program ini sebagai model yang dapat diadopsi oleh kampus-kampus lain di Indonesia. Melalui upaya kolektif ini, batik tidak hanya akan menjadi simbol budaya tetapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari mahasiswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H