Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Pemerhati Ekonomi, Penulis, Penikmat Makanan Lezat dan Pembelajar Ilmu Pemberdayaan Diri. Mantan Pegawai Bank dan Finance. Saat ini sedang menuntut ilmu di Program Studi Ekonomi Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Menyukai seni musik dan sulap, khusus untuk sulap saya menyukai ilusi dan kecepatan tangan. Menulis bagi saya untuk meningkatkan sebuah kesadaran dalam berkehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Konflik Israel-Iran Memengaruhi Ekonomi Dunia?

7 Oktober 2024   12:19 Diperbarui: 8 Oktober 2024   22:20 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Perang Israel VS Iran (Getty Images/iStockphoto/Oleksii Liskonih)

Perang yang berlangsung antara Israel dan Iran di Timur Tengah tidak hanya berdampak pada wilayah yang bersangkutan, tetapi juga memengaruhi perekonomian global, termasuk Indonesia. Konflik ini membawa berbagai tantangan ekonomi yang dapat dirasakan oleh banyak negara, terutama negara-negara yang bergantung pada impor minyak seperti Indonesia. Untuk memahami dampaknya, kita perlu melihat bagaimana eskalasi konflik ini dapat memengaruhi beberapa sektor penting di Indonesia.

Konflik antara Israel dan Iran menyebabkan harga minyak dunia melonjak tajam. Pada awal Oktober 2024, harga minyak mentah Brent naik sebesar 3,72 dolar AS atau 5,03 persen, mencapai 77,62 dolar AS per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga naik 5,15 persen menjadi 73,71 dolar AS per barel. Kenaikan ini merupakan respons langsung terhadap eskalasi serangan antara kedua negara, yang menimbulkan kekhawatiran terhadap pasokan minyak global.

Bagi Indonesia, kenaikan harga minyak ini memiliki dampak signifikan. Sebagai negara yang sangat bergantung pada impor minyak, kenaikan harga minyak global dapat meningkatkan biaya impor minyak mentah dan produk turunannya. Hal ini memperburuk defisit perdagangan dan meningkatkan beban subsidi bahan bakar yang harus ditanggung pemerintah. Selain itu, kenaikan harga bahan bakar di dalam negeri akan memicu kenaikan harga barang dan jasa, yang pada akhirnya menyebabkan inflasi.

Dampak inflasi ini dapat mengurangi daya beli masyarakat, terutama kelompok menengah ke bawah, yang sangat bergantung pada harga barang pokok dan energi yang stabil. Kenaikan biaya hidup akan menjadi beban tambahan bagi rumah tangga, memengaruhi konsumsi domestik, dan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.

Ketidakstabilan Pasar Keuangan dan Pengaruh terhadap Rupiah

Selain dampak langsung pada harga minyak, konflik Israel-Iran juga menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global. Investor cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil risiko di tengah ketidakpastian geopolitik seperti ini. Aliran modal dari pasar-pasar berkembang, termasuk Indonesia, kemungkinan akan berkurang karena investor mencari aset yang lebih aman, seperti emas atau obligasi pemerintah di negara-negara maju.

Penarikan modal ini dapat melemahkan nilai tukar rupiah, yang akan berdampak pada ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Nilai tukar yang melemah akan meningkatkan harga barang impor, yang kemudian menambah tekanan inflasi. Selain itu, pelemahan rupiah juga dapat menghambat investasi asing di Indonesia, mengurangi pendapatan dari sektor ekspor, dan memperburuk kondisi perdagangan internasional.

Sektor manufaktur Indonesia, yang bergantung pada bahan baku impor, juga akan terdampak oleh kenaikan harga komponen impor. Hal ini dapat memperlambat produksi dan menyebabkan penurunan daya saing produk Indonesia di pasar global. Sektor ekspor pun akan menghadapi tantangan, terutama ketika pasar global terpengaruh oleh ketidakstabilan yang dipicu oleh konflik.

Gangguan Rantai Pasok Global

Konflik Israel-Iran juga dapat berdampak pada gangguan rantai pasok global. Teluk Persia adalah salah satu jalur utama distribusi minyak dan perdagangan internasional. Jika jalur ini terganggu, maka akan berdampak luas pada perdagangan global. Negara-negara yang bergantung pada bahan baku dan produk dari Timur Tengah akan menghadapi keterlambatan pengiriman dan kenaikan biaya logistik.

Indonesia, sebagai negara yang terintegrasi dalam rantai pasok global, akan merasakan dampak dari gangguan ini. Industri yang bergantung pada impor bahan baku dan komponen dari luar negeri, seperti elektronik, otomotif, dan tekstil, akan menghadapi kenaikan biaya produksi. Hal ini tidak hanya berdampak pada daya saing produk Indonesia di pasar global, tetapi juga pada harga barang di dalam negeri, yang dapat memicu inflasi lebih lanjut.

Sanksi Ekonomi dan Dampaknya terhadap Mitra Dagang

Selain dampak langsung dari kenaikan harga minyak dan gangguan rantai pasok, eskalasi konflik Israel-Iran dapat memicu pemberlakuan sanksi ekonomi oleh negara-negara Barat terhadap Iran atau Israel. Sanksi ini dapat memengaruhi perdagangan dan investasi global, termasuk dengan mitra dagang utama Indonesia.

Jika sanksi diberlakukan terhadap Iran, maka Indonesia mungkin akan menghadapi kesulitan dalam mengakses pasokan energi dari kawasan tersebut. Hal ini akan meningkatkan tekanan pada ketergantungan Indonesia terhadap impor energi, serta mempersulit diversifikasi sumber energi nasional. Selain itu, sanksi juga dapat berdampak pada sektor perbankan dan keuangan, yang menghambat transaksi perdagangan dan investasi antar negara.

Keadilan dan Kebijakan Ekonomi

Dari perspektif ekonomi Islam, konflik seperti ini menunjukkan pentingnya prinsip keadilan dan distribusi sumber daya yang merata. Dalam ekonomi Islam, ketergantungan pada satu sumber daya, seperti minyak, sebaiknya dihindari karena rentan terhadap fluktuasi harga dan ketidakpastian geopolitik. Diversifikasi ekonomi, baik dalam hal sumber energi maupun struktur produksi, sangat dianjurkan untuk menciptakan kestabilan dan keadilan dalam perekonomian.

Selain itu, ekonomi Islam menekankan pentingnya perlindungan terhadap kelompok masyarakat yang rentan, terutama dalam situasi krisis. Pemerintah diharapkan mengambil langkah-langkah yang adil dan bijaksana untuk melindungi daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas harga barang-barang pokok. Solidaritas sosial melalui distribusi zakat dan sedekah juga bisa menjadi solusi dalam membantu golongan yang terdampak oleh kenaikan harga dan krisis ekonomi.

Perang Israel-Iran membawa dampak yang signifikan bagi perekonomian global, dan Indonesia tidak kebal terhadap efek-efek ini. Lonjakan harga minyak, ketidakstabilan pasar keuangan, gangguan rantai pasok, serta potensi sanksi ekonomi menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Untuk menghadapinya, pemerintah perlu memperkuat diversifikasi ekonomi, menjaga stabilitas nilai tukar, dan melindungi kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap dampak inflasi. Dengan pendekatan yang tepat dan adil, Indonesia dapat melewati tantangan ini dan tetap menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun