Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Buku saya : Utang Itu Candu,menjalani hidup yang waras tanpa riba | Blog pribadi : https://www.banguntidur99.com/

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Mati Penasaran, Teror Pocong Pinjol Part II

11 Juli 2024   22:41 Diperbarui: 11 Juli 2024   23:00 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keesokan harinya, Budi bercerita kepada bapaknya bahwa ia dan teman-temannya semalam melihat pocong di ujung jalan, dan pocong tersebut mengucapkan "lunasin utang saya". "Apa jangan-jangan pocong itu ibu ya, Pak?" ucap Budi.
"Ngawur kamu. Ibumu rajin ibadah. Lagian utang pinjol ibu gak sampai satu juta, masa iya jadi setan," saut bapak Budi.
"Ya udah Pak, cepet lunasin utang ibu di Shopee Paylaternya," ucap Budi memohon.
"Ya udah, nanti siang bapak lunasi. Kebetulan ada amplop belasungkawa dari kantor. Semoga cukup."

Sekitar pukul 13:00, Budi berada di toko kue untuk membeli cemilan untuk tahlilan nanti malam. Tiba-tiba, HP-nya berbunyi tanda notifikasi pesan masuk melalui WA. Budi langsung memeriksa HP-nya dan melihat pesan dari bapaknya, "Bud, bapak sudah lunasi semua utang pinjol ibumu ya," isi pesan disertai dengan bukti pembayaran. "Alhamdulillah. Semoga ibu tenang di alam sana," ucap Budi setelah membaca pesan tersebut.

Hari Ketiga Tahlilan

Senja telah menampakkan syahdunya dan memunculkan cahaya suram. Adzan berkumandang, menggema di setiap sudut kampung. Fikri, yang baru kembali dari bermain bola dengan teman-temannya di lapangan dekat kelurahan, sedang bersiap-siap untuk segera melakukan ritual mandi sore. Rumahnya masih seperti rumah tradisional yang memiliki kamar mandi terpisah dan terletak di belakang rumah. Jarak antara kamar mandi dan rumahnya sekitar 5 meter, dengan kanan kirinya masih banyak pepohonan rindang. Tidak ada hal ganjil saat itu. Setelah membuka baju dan hanya mengenakan kolor serta handuk terlilit di leher, dia menuju kamar mandi di belakang rumahnya.

Kumandang adzan magrib masih terdengar saat ia memasuki kamar mandi. Byur, byur, bunyi air membasahi seluruh tubuh Fikri. Ia tidak lupa membasuh tubuhnya dengan sabun. Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Fikri langsung melakukan wudhu. Saat dia sedang membasuh muka, Fikri mencium aroma busuk yang menyengat, entah dari mana asalnya. Dia langsung bergegas menyelesaikan wudhunya. Setelah membasuh kaki terakhir, Fikri mendengar suara ketukan di pintu kamar mandinya.

"Siapa?" tanya Fikri sambil mengeringkan tubuhnya yang masih basah dengan handuk. Tidak ada jawaban. Lalu Fikri bergegas membuka pintu kamar mandinya dan benar saja, tidak ada orang di luar pintu kamar mandi. Fikri mulai merasa merinding karena bau busuk yang terasa sejak tadi belum hilang. Ia langsung teringat kejadian di pemakaman tentang pocong pinjol. Setelah menengok ke sana-sini, Fikri segera memasuki rumahnya.

Segera ia menuju pintu belakang rumahnya. Terasa sangat jauh jarak antara pintu kamar mandi dan rumahnya karena diselimuti ketakutan. Sesampainya di depan pintu, ia langsung buru-buru masuk ke dalam rumahnya. Lega dirasakannya setelah masuk ke dalam rumah.

"Alhamdulillah," ucapnya setelah memasuki rumah.

Bergegas menuju kamarnya, saat membuka pintu kamarnya, bau busuk kembali tercium. "Waduh, kok baunya sampai ke dalam sih?" ucap Fikri, namun tidak ambil pusing. Ia buru-buru memakai sarung dan kaos singlet yang sudah ia siapkan di atas kasur. Saat hendak mengambil baju koko yang digantung di lemari, bau busuk yang sangat menyengat kembali tercium. Ia melihat ke bawah, tidak ada bangkai tikus di lantai lemari. Lalu saat mengambil baju koko yang berwarna putih, ternyata pocong pinjol sudah berada di balik baju kokonya, tersamar oleh baju-baju yang tergantung di lemari yang berwarna putih. Sontak dia berteriak dan minta tolong.

"Pocooonng. Tolooonggg," teriaknya sekeras-kerasnya sambil membanting pintu lemari. Ketakutan luar biasa dirasakannya. Saat hendak keluar kamar, pintu kamarnya terasa sangat sulit dibuka. Panik dan takut menyelimutinya. Di waktu yang sama, terdengar suara, "Lunasi hutang sayaaaa."

"Emaaaakkkkk. Toooloooongg," teriakannya makin kencang. Ketakutan Fikri makin menjadi-jadi. Gagang pintu yang dipegang terasa sangat berat dan susah untuk dibuka. Dengan susah payah, akhirnya pintu kamarnya terbuka dan ia segera berlari kencang menuju luar rumah. Sial memang, orang tuanya belum pulang dari healing ke Pulau Kura-Kura selama tiga hari. Kondisi yang sangat tidak menguntungkan membuat Fikri harus berpikir cepat saat ia sedang berlari. Dia langsung menuju masjid karena sudah pasti ramai banyak orang saat magrib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun