Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Buku saya : Utang Itu Candu,menjalani hidup yang waras tanpa riba | Blog pribadi : https://www.banguntidur99.com/

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Mati Penasaran: Teror Pocong Pinjol

10 Juli 2024   22:25 Diperbarui: 10 Juli 2024   23:28 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumat, 8 Maret 2024: Hari yang Penuh Duka

Hari itu, seorang remaja bernama Budi mengalami duka mendalam karena kehilangan ibunya yang mendadak. Tepat pukul 01:00 WIB, ibunya, yang tidak diketahui penyebab kematiannya, meninggal dunia. Suara toa masjid menggema di setiap sudut kampung, mengumumkan kabar duka tentang meninggalnya Ibu Darmi, ibu dari Budi yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

Budi dan ayahnya sangat terpukul dengan kepergian Ibu Darmi yang begitu tiba-tiba. Rumah mereka dipenuhi oleh kerabat dan tetangga yang datang untuk membantu proses pemakaman. Kematian Ibu Darmi menimbulkan berbagai bisik-bisik di kalangan tetangga. "Padahal tadi sore saya ngobrol sama Ibu Darmi, gak ada yang nyangka ya umur mah," ucap salah satu tetangga dekat rumah Budi.

Budi terduduk lesu di samping jenazah ibunya yang sudah dibalut kain kafan. Tangisannya tak bisa terbendung karena kesedihan yang mendalam. Ayahnya pun menangis sambil membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an. Keluarga Budi dan para tetangga sangat terkejut dengan kepergian Ibu Darmi.

Matahari mulai muncul, menandakan pagi telah tiba. Pemakaman Ibu Darmi baru bisa dilaksanakan karena menunggu sanak keluarga dari luar kota. Angin besar dan awan gelap menyelimuti pemakaman saat itu. Beruntung, hujan baru turun setelah pemakaman selesai sehingga tidak mengganggu proses pemakaman.

Hari Pertama Tahlilan

Malam pertama tahlilan Ibu Darmi dihadiri oleh banyak warga sekitar. Lantunan ayat suci berkumandang. Dalam tradisi di beberapa wilayah di Banten, ada orang yang ditugaskan untuk menjaga dan mengaji di makam orang yang baru meninggal. Budi mengajak teman-temannya untuk mengaji di pemakaman tempat ibunya dikubur. Adam, Roby, dan Fikri setuju untuk bergantian mengaji bersama santri dari pondok pesantren terdekat, sehingga total ada delapan orang, termasuk Budi, yang mengaji di makam ibunya.

Pukul 11 malam, dua santri sedang mengaji di depan kuburan Ibu Darmi, sementara Budi dan teman-temannya menemani di belakang sambil mengobrol pelan. Adam berceloteh, "Saya sih berani-berani aja kalau disuruh ngaji sendirian di kuburan." "Seriusan lu, Dam?" tanya Fikri. "Paling kabur kalo liat setan," sahut Roby, yang membuat mereka tertawa kecil. Budi pun mulai mengaji dengan serius.

Salah satu santri yang memegang smartphone dan membuka aplikasi sosial media tiba-tiba merasa merinding, seperti ada yang mengawasinya. Ia menoleh ke kanan, kiri, depan, dan belakang, namun tidak menemukan apa-apa. Ia kemudian berbicara kepada temannya, "Lu ngerasa gak sih kaya ada yang aneh, kaya ada yang merhatiin kita?" Temannya mengiyakan, namun mereka tetap tidak menghiraukannya.

Tanpa disadari, ada pocong yang berdiri di batang pohon sekitar sepuluh meter dari tempat mereka duduk. Santri yang membuka aplikasi belanja online pertama kali melihatnya. Awalnya, ia mengira itu spanduk, namun setelah ditelaah lebih lanjut, ternyata itu pocong yang menyeramkan. Santri tersebut terpaku dan tidak bisa bergerak karena ketakutan. Ia kemudian memberitahu temannya dengan terbata-bata, "Lu, Lu liat gak, di, di, di atas pohon sawo?" Temannya menjawab, "Spanduk itu bro." "Lu liat baik-baik, Jhon," sahut santri tersebut. Temannya juga menjadi kaku dan tidak bisa bicara.

Mereka berdua berinisiatif untuk kabur tanpa memberitahu yang lainnya. Adam, Roby, Fikri, dan Budi belum menyadari kehadiran pocong di atas pohon sawo. Pukul 00:30 WIB, dua santri mengaji selesai dan menanyakan keberadaan kedua temannya yang tidak ada. "kang temen-temen saya pada kemana ya?," tanya salah satu santri.  "Ke toilet kayaknya," jawab Adam dengan ragu. Lalu kedua santri tersebut izin untuk menyusul temannya.

Tinggal mereka berempat di pemakaman. Roby dan Fikri maju untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, sementara Adam menunggu giliran. Adam merasa bete karena teman-temannya semua mengaji dan Budi belum berhenti mengaji. Ia kemudian iseng membuka smartphone-nya dan berselancar di media sosial, berakhir membuka aplikasi belanja online untuk mengecek pesanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun