Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Pemerhati Ekonomi, Penulis, Penikmat Makanan Lezat dan Pembelajar Ilmu Pemberdayaan Diri. Mantan Pegawai Bank dan Finance. Saat ini sedang menuntut ilmu di Program Studi Ekonomi Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Menyukai seni musik dan sulap, khusus untuk sulap saya menyukai ilusi dan kecepatan tangan. Menulis bagi saya untuk meningkatkan sebuah kesadaran dalam berkehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bhineka Tunggal Ika, Merajut Kesatuan untuk Mewujudkan Indonesia Emas

9 Juli 2024   18:00 Diperbarui: 9 Juli 2024   18:01 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merajut Kesatuan untuk Mewujudkan Indonesia Emas

Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki kekayaan budaya, suku, dan agama yang luar biasa. Dengan lebih dari 17.000 pulau dan ratusan bahasa daerah, Indonesia adalah epitome dari keragaman. Namun, keragaman ini juga menghadirkan tantangan tersendiri, yaitu bagaimana menjaga persatuan di tengah-tengah perbedaan. Untuk menjawab tantangan ini, semboyan "Bhineka Tunggal Ika" lahir. Ditemukan dalam Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular pada abad ke-14, semboyan ini berarti "Berbeda-beda tetapi tetap satu". Artikel ini akan membahas makna Bhineka Tunggal Ika secara komprehensif dan relevansinya dalam merajut kesatuan bangsa demi mewujudkan Indonesia Emas.

Sejarah dan Asal Usul Bhineka Tunggal Ika

Menurut buku "Menggagas Pembelajaran Sastra Indonesia pada Era Kelimpahan" (2021) karya Ita Masruro dkk., istilah Bhineka Tunggal Ika berasal dari Kakawin Sutasoma, sebuah kitab Jawa Kuno yang ditulis oleh Mpu Tantular pada era Kerajaan Majapahit, tepatnya abad ke-14 Masehi. Pada masa itu, Majapahit dikenal sebagai kerajaan yang mampu mengakomodasi berbagai macam suku dan agama, dari Hindu, Buddha, hingga kepercayaan lokal. Dalam Kakawin Sutasoma, Mpu Tantular mengajarkan bahwa meski terdapat perbedaan dalam keyakinan dan adat istiadat, persatuan adalah yang terpenting. Semboyan ini kemudian diadopsi sebagai motto nasional Indonesia, mencerminkan semangat persatuan di tengah keragaman. Dalam perjalanan sejarah bangsa, semboyan ini tidak hanya menjadi motto tetapi juga panduan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia yang multikultural.

Makna Bhineka Tunggal Ika dalam Konteks Modern

Bhineka Tunggal Ika mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan dan hidup berdampingan dalam harmoni. Dalam konteks Indonesia yang memiliki lebih dari 300 kelompok etnis dan 700 bahasa daerah, prinsip ini sangat penting untuk menjaga keutuhan bangsa. Dengan memahami dan menerapkan Bhineka Tunggal Ika, kita belajar untuk menghargai teman yang berbeda agama dan suku, bersikap toleransi terhadap ibadah agama lain, tidak menjelek-jelekkan agama dan suku lain, serta menghormati semua perbedaan yang ada. Di era modern, makna Bhineka Tunggal Ika semakin relevan. Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi telah membawa pengaruh budaya asing yang bisa berdampak pada identitas nasional. Dalam konteks ini, Bhineka Tunggal Ika menjadi benteng yang menjaga agar keberagaman yang ada tidak tergerus oleh homogenisasi budaya. Keberagaman justru menjadi kekuatan yang memperkaya budaya nasional dan memperkuat identitas Indonesia di kancah global.

Implementasi Bhineka Tunggal Ika dalam Kehidupan Sehari-hari

Contoh penerapan Bhineka Tunggal Ika dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah-sekolah, siswa-siswi dari berbagai latar belakang etnis dan agama belajar bersama dalam suasana yang harmonis. Mereka diajarkan untuk menghargai perbedaan dan menjalin persahabatan tanpa memandang latar belakang. Ketika ada siswa yang merayakan hari besar keagamaan, teman-temannya turut memberikan ucapan selamat dan dukungan, meskipun mereka memiliki keyakinan yang berbeda. Tradisi gotong royong juga merupakan contoh nyata penerapan Bhineka Tunggal Ika. Masyarakat dari berbagai latar belakang bekerja sama dalam kegiatan seperti membersihkan lingkungan, membangun fasilitas umum, atau membantu tetangga yang sedang kesulitan. Gotong royong menunjukkan bahwa masyarakat bisa bekerja sama dan saling membantu tanpa memandang perbedaan suku atau agama.

Berita Terkini tentang Keberagaman di Indonesia

Keberagaman Indonesia sering kali menjadi sorotan media, baik dalam konteks positif maupun negatif. Sebagai contoh, pada tahun 2022, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi G20. Acara ini tidak hanya menjadi ajang diplomasi politik dan ekonomi, tetapi juga menjadi momen untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia yang beragam kepada dunia internasional. Tari-tarian tradisional, kuliner khas dari berbagai daerah, serta kerajinan tangan lokal dipamerkan untuk menunjukkan kekayaan budaya Indonesia. Namun, keberagaman juga kerap menghadapi tantangan. Isu intoleransi dan diskriminasi masih muncul dalam berbagai bentuk. Berita mengenai konflik antar agama atau suku kadang-kadang mencuat ke permukaan, mengingatkan kita bahwa menjaga Bhineka Tunggal Ika memerlukan usaha yang terus-menerus. Di sinilah peran pendidikan dan kebijakan pemerintah sangat penting untuk mempromosikan dialog antarbudaya dan saling pengertian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun