"Kemarau akan segera berakhir," teriak kencang dalam doanya sang kakek. "Maafkan kami ya Tuhan, sudah berburuk sangka dan lupa akan caranya bersyukur. Padahal gerimis ini adalah kekuasaan-Mu, maka maafkan kami yang sudah mengeluh dan memasang muka masam sedari tadi."
Perkataan kakek tersebut menyadarkan orang-orang yang sudah putus asa akan datangnya hujan dan menyadari bahwa setiap apa-apa yang diberikan Tuhan harus dirayakan penuh dengan perayaan syukur. Kembali tersenyumnya orang-orang dan mensyukuri nikmat yang ada membuat keheningan yang tadi tercipta menjadi sebuah perayaan akan datangnya rahmat Tuhan yang lebih besar lagi.
Anak-anak kembali riang gembira dan kembali bermain, dan orang-orang kembali beraktivitas seperti sediakala, melupakan kekecewaan terhadap hujan yang belum datang. Sang kakek menyadarkan banyak orang bahwa setetes rahmat yang turun dari Tuhan harus dirayakan dengan rasa syukur yang mendalam. Karena sejatinya, perayaan hidup adalah tentang bagaimana kita bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Sang Pencipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H