Olivia hanya mengangguk dengan sedikit canggung.
"Mungkin masih malu-malu," pikir Memet dalam hati.
"ini warung dek Oliv?" tanya memet dengan nada penasaran.
"bukan mas", jawab Olvia dengan nada halus.
Olivia menyuruh Memet duduk di bale warung tersebut dengan nada halus yang samar-samar. Memet merasa kebingungan karena Olivia sulit diajak bicara, mukanya hanya terlihat matanya karena memakai masker. Memet mendekatkan tubuhnya dan memeluk bahunya untuk mencairkan suasana. Olivia tidak merasa risih, membuat Memet berpikir jimat dari dukun kampung sebelah manjur juga.Â
Pemilik warung muncul dan menawarkan kopi. "Mas diem-diem bae, ngopi napa ngopi?" tawar pemilik warung.
Memet, merasa tidak enak, lalu ia memesan kopi. "Kopi godbye ya bu, satu yang panas."
Pemilik warung dengan spontan menawarkan minuman kepada Olivia. "Soleh mau pesan minum juga? Eh, mbak Olivia maksud saya," katanya gugup.
Memet merasa bingung dengan panggilan 'Soleh'. Ia pun meminta Olivia membuka maskernya.
"Dek Olivia, tolong buka maskernya. Mas pengen lihat mukanya," pinta Memet.
Olivia membuka maskernya. Memet tersenyum girang melihat Olivia yang cantik dan manis, padahal itu semua adalah ilusi optik dari lampu 5 watt dan make up yang di pakai oleh Olivia. "wah keren juga nih jimat", ucap memet dalam hati. Pikiran kotor memet mulai bermunculan dan memberanikan diri mencium pipi olivia. "Muach", kecupan manja memet jatuh ke pipi olivia, lalu Olivia merespon dengan tersipu malu ala-ala perempuan lugu, dalam suasan romantis yang sedang meraka rasakan lalu tiba-tiba seekor tikus melintas dan Olivia berteriak lantang.