Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Pemerhati Ekonomi, Penulis, Penikmat Makanan Lezat dan Pembelajar Ilmu Pemberdayaan Diri. Mantan Pegawai Bank dan Finance. Saat ini sedang menuntut ilmu di Program Studi Ekonomi Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Menyukai seni musik dan sulap, khusus untuk sulap saya menyukai ilusi dan kecepatan tangan. Menulis bagi saya untuk meningkatkan sebuah kesadaran dalam berkehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Berdamai dengan Kematian, Ketakutan yang Membayangi para Lansia

1 Juli 2024   18:00 Diperbarui: 2 Juli 2024   08:47 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Thanatophobia, ketakutan berlebihan akan kematian | Image by freepik

Di sebuah sudut ruangan seminar di kota Bekasi, saya terlibat dalam obrolan yang tak terduga dengan seorang peserta. Bukan tentang bisnis atau inovasi teknologi, melainkan tentang orang tuanya yang mengalami kondisi psikologis aneh, yang dalam bahasa medis disebut Thanatophobia. Wah, ternyata, takut akan kematian berlebihan ini cukup sering dialami, terutama oleh mereka yang usianya sudah lebih dari 40 tahun. 

Si peserta seminar dengan penuh antusias menceritakan bagaimana orang tuanya menghadapi ketakutan ini setiap hari. Saya mendengarkan dengan saksama, dan ingatan saya terbang ke beberapa bulan yang lalu saat menemani ibu saya yang sedang sakit ke rumah sakit. Astaga, ibu saya juga mengalami hal serupa!

Dari obrolan itu, saya mulai merenung. Thanatophobia bukanlah sesuatu yang hanya menghantui satu dua orang. Menurut penelitian, ketakutan akan kematian ini dialami oleh orang-orang yang umurnya di atas 40 tahun dan telah mengalami peristiwa traumatis, seperti kecelakaan atau menyaksikan kematian seseorang. Namun, tak usah khawatir, banyak artikel di internet yang bisa menjelaskan lebih detail tentang ini.

Menariknya, kita semua sedang dalam perjalanan menuju kematian. Hanya saja, tidak ada alarm atau notifikasi seperti di gadget yang kita genggam setiap hari. Kematian tidak akan mengirimkan SMS atau email untuk memberi tahu kita bahwa "Hey, waktumu hampir habis!". Tanda-tanda kematian pun tidak selalu jelas dan tidak semua orang bisa menyadarinya.

Berbicara tentang takut akan kematian, sebenarnya siapa sih yang tidak takut? Selama kita masih punya ruh dalam raga kita, dan akal sehat kita masih berfungsi, ketakutan akan kematian adalah hal yang wajar. Namun, yang membedakan adalah bagaimana kita menghadapi ketakutan itu.

Ada beberapa metode untuk membuat orang yang mengalami Thanatophobia merasa lebih tenang dan damai. Salah satunya adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Ini klise tapi benar adanya. 

Selain itu, merilis emosi negatif, melupakan dendam masa lalu, dan memaafkan diri sendiri atas kesalahan di masa lalu juga penting. Tapi, semua upaya itu akan sia-sia jika tidak ada dukungan dan perhatian dari keluarga.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa ketika seseorang sudah beranjak lansia, tingkah lakunya akan kembali seperti masa kecil atau bersifat kekanak-kanakan. Nah, anak kecil itu inginnya selalu diperhatikan dan dilayani. Begitu juga dengan orang tua kita saat mereka menuju fase lansia. Mereka menjadi lebih rentan terhadap gangguan seperti Thanatophobia.

Butuh perhatian ekstra dalam mengurus orang tua yang sudah menyentuh fase lansia. Peran kita sebagai anak sangat dibutuhkan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan tenang bagi mereka.

ILUSTRASI anak berperan mendampingi dan menciptakan suasana nyaman bagi orantua | Foto: Ensure Gold 
ILUSTRASI anak berperan mendampingi dan menciptakan suasana nyaman bagi orantua | Foto: Ensure Gold 

Di fase ini, orang tua kita sangat rentan mengalami kondisi kesepian dan selalu ingin ada teman di rumah. Kuncinya adalah kesabaran. Semoga kita semua diberikan sifat sabar dan ikhlas dalam mengurus orang tua kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun