Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Buku saya : Utang Itu Candu,menjalani hidup yang waras tanpa riba | Blog pribadi : https://www.banguntidur99.com/

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Senja di Jakarta

1 Juli 2024   15:41 Diperbarui: 1 Juli 2024   15:45 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pukul 16:30 WIB, waktu yang dinanti-nantikan oleh jutaan pegawai di Jakarta. Bukan karena mereka menyukai pekerjaannya, tetapi karena saat itulah mereka bisa berpulang, mencoba melupakan sejenak hiruk-pikuk pekerjaan. Jakarta, kota penuh pengharapan bagi para pendatang dari seluruh Indonesia, menjadikan kota ini bukan hanya sebagai ibu kota negara, tetapi juga ibu dari segala kemacetan.

Selamat datang di Jakarta, salah satu kota terpadat se-Asia Tenggara. Di sini, setiap sudut jalan dipenuhi oleh mereka yang mencari peruntungan, berharap bisa mengubah nasib dengan mencicipi kerasnya kehidupan kota besar. Namun, harapan itu sering kali harus berhadapan dengan realita: jalanan yang sempit karena volume kendaraan yang luar biasa banyak. Ah, Jakarta, tempat di mana setiap pengendara dituntut memiliki skill mengemudi setara dengan pembalap profesional.

Ketika jam pulang kantor tiba, ribuan kendaraan tumpah-ruah di jalanan Jakarta. Pegawai swasta dan negeri berbondong-bondong meninggalkan gedung-gedung perkantoran yang menjulang tinggi, bersiap pulang ke rumah untuk membasuh peluh setelah seharian berkutat dengan pekerjaan. Namun, perjalanan pulang bukanlah hal yang mudah. Bagi banyak orang, ini adalah rintangan tersendiri. Jakarta, kota yang katanya penuh harapan, berubah menjadi arena gladiator di mana hanya yang terampil dan sabar yang bisa bertahan.

Jalanan Jakarta terasa sangat sempit, bukan karena jalannya yang kecil, tetapi karena volume kendaraan yang tak terbendung. Bayangkan, setiap orang berlomba-lomba untuk keluar dari kemacetan, seperti ikan sarden yang berusaha keluar dari kaleng. Mobil-mobil berhimpitan, motor-motor saling menyalip dengan keberanian yang hanya bisa ditemukan di sini. Jika Anda tidak memiliki skill mengemudi yang mumpuni, bersiaplah untuk menerima pelajaran berharga dari jalanan Jakarta.

Kemacetan pada jam pulang kantor adalah suasana khas yang dimiliki Jakarta. Ini adalah kenikmatan tersendiri bagi mereka yang sudah terbiasa hidup di kota ini. Setiap detik yang terbuang di lampu merah, setiap kali harus menyalip kendaraan di depan, semuanya adalah bagian dari ritual harian yang harus dijalani dengan senyum dan sedikit keluhan.


Jakarta, dengan segala kesibukannya, memberikan banyak pengharapan bagi siapa saja yang datang ke kota ini. Banyak mimpi-mimpi yang sedang diukir di sini, mimpi orang-orang yang berjuang untuk membahagiakan keluarga mereka. Namun, kenyataan bahwa mereka harus melewati kemacetan yang luar biasa setiap harinya adalah harga yang harus dibayar.

Berdamai dengan pengguna jalan lainnya adalah kunci untuk menjaga pikiran tetap waras. Di tengah kemacetan, ada banyak pengendara yang kurang disiplin, bahkan ugal-ugalan, mengganggu pengendara lain yang hanya ingin pulang dengan selamat. Kesadaran kita harus tetap terjaga, kewaspadaan harus selalu ditingkatkan, karena di Jakarta, satu detik lengah bisa berakibat fatal.

Mengeluh tentang kemacetan adalah hal yang paling buruk yang bisa Anda lakukan. Gedung-gedung menjulang tinggi di sekitar Anda adalah pengingat bahwa kota ini adalah tempat di mana mimpi-mimpi besar bisa terwujud. Jadi, berhentilah mengeluh dan mulailah bersyukur. Setiap lampu merah, setiap mobil yang berhimpitan, semuanya adalah bagian dari paket lengkap kehidupan di Jakarta.

Namun, di balik segala kekacauan itu, ada sesuatu yang indah di Jakarta. Saat matahari mulai menyurutkan dirinya di ufuk barat, sinar-sinar matahari yang tersembunyi di balik gedung-gedung pencakar langit menambah syahdu indahnya kota Jakarta saat senja datang. Lampu-lampu gedung perkantoran mulai dinyalakan satu per satu, semakin menambah indah kerlap-kerlip kota ini.

Senja di Jakarta adalah hiburan tersendiri bagi mereka yang sedang berada di tengah kemacetan. Saat lelah setelah seharian bekerja, senja memberikan sejenak kedamaian, seolah-olah mengucapkan terima kasih karena telah berjuang di kota ini. Pantulan cahayanya dari kaca-kaca gedung pencakar langit bagaikan isyarat yang menyambut kami yang pulang dari pekerjaan yang sangat melelahkan.

Senja di Jakarta mungkin tak seindah senja di pedesaan atau pantai, seperti dalam gambar-gambar di buku-buku. Namun, keindahannya terletak pada harapan yang tertanam dalam diri penduduknya, harapan orang-orang yang berasal dari berbagai daerah di nusantara, yang datang ke Jakarta untuk merubah hidup mereka. Kota ini penuh dengan cerita dan mimpi yang sedang diwujudkan.

Jadi, terima kasih Jakarta, dan terima kasih senja, karena telah mewarnai kota ini dengan cahaya jinggamu saat kami sedang lelah menuju peristirahatan kami masing-masing. Rumah adalah tempat untuk beristirahat, mengumpulkan semangat untuk menyambut esok yang lebih melelahkan. Jakarta, dengan segala kemacetannya, tetaplah kota yang penuh harapan dan impian bagi banyak orang.

Dengan segala kerumitannya, Jakarta tetaplah sebuah tempat di mana mimpi-mimpi bisa terwujud. Jadi, jika Anda merasa lelah dan jenuh dengan kemacetan, ingatlah bahwa Anda tidak sendirian. Ada jutaan orang yang sama-sama berjuang, sama-sama berharap, dan sama-sama mengukir mimpi di kota ini. Selamat menikmati senja di Jakarta, kota yang penuh warna dan cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun