Mohon tunggu...
Fikri Suadu
Fikri Suadu Mohon Tunggu... profesional -

a general practicioner

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cinta dan Keadilan

2 Juni 2014   08:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:49 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam cinta haruslah terdapat rasa keadilan sebagai bingkai utamanya. Tanpa menyertakan rasa keadilan didalamnya, cinta tak lebih dari sekedar luapan rasa yang dibumbui prasangka. Karenanya tidaklah pantas disebut cinta. Rasa keadilan menjadi sangat penting karena terkait dengan keberanian dalam mencintai. Intinya bahwa hanya dengan keberanianlah seseorang bisa memiliki kemauan mengambil resiko serta mempunyai daya untuk membesarkan hati demi memperjuangkan orang lain yang dicintainya. Rasa keadilan dalam cinta juga berkaitan dengan komitmen dan kepekaan. Dua dimensi yang menjadi syarat utama untuk bisa menghadirkan kemampuan membayangkan diri sendiri dalam posisi orang yang dicintai. Faktor penting dalam mendorong hati agar tergerak oleh penderitaan orang lain yang dicintainya.

Keberanian yang sepenuhnya didasari oleh rasa keadilan dalam cinta mampu mendorong seseorang berada pada tahap penyerahan diri dan kepercayaan penuh atas sesuatu yang dicintainya. Dua hal itu merupakan penanda utama keberanian sejati yang dilandasi kesadaran penuh terhadap adanya kekuatan diluar dirinya dengan kuasa yang lebih besar (Tuhan). Hanya dengan keberanian seperti itulah seseorang mampu membebaskan dirinya dari belenggu rasa takut dalam berbagai situasi yang dihadapi. Tanpa terbebas dari rasa takut, mustahil seseorang mampu melibatkan rasa keadilan dalam cinta. Artinya, hanya dengan keberanian sejatilah dimensi rasa keadilan dalam cinta bisa dimanifestasikan. Adanya keberanian sejati dalam cinta pastilah karena dilandasi kekuatan kehadiran Tuhan yang terpatri dalam benak sanubari. Cinta tanpa keberanian sejati mustahil bisa menyertakan rasa keadilan yang dilandasi oleh kekuatan kehadiran Tuhan. Adanya kekuatan kehadiran Tuhan membuat keberanian tidak hanya terbatas pada persoalan keberanian fisik maupun psikologis, tapi juga mampu mengantarkan seseorang sampai pada tahap keberanian moral, yaitu keberanian yang mampu mendorong seseorang untuk memperjuangkan hal yang dianggap benar dan adil meskipun menimbulkan konsekuensi yang besar. Itulah keberanian sejati, keberanian yang mampu menghadirkan rasa bahagia dalam benak sanubari seseorang.


Cinta dan rasa keadilan juga mendorong adanya kesediaan untuk keluar dari zona nyaman, siap menghadapi resiko kehidupan demi suatu kepercayaan yang dianggap benar. Itulah konsekuensi dari adanya keberanian sejati. Keberanian yang hanya bisa terwujud karena adanya kekuatan kehadiran Tuhan.

Mulailah melakoni hidup dengan cinta dan rasa keadilan. Jadikanlah keduanya sebagai panduan kehidupan yang memberikan kita keberanian sejati dalam menentukan sikap atas sesuatu yang kita namai “kebenaran”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun