Mohon tunggu...
fikrijamil
fikrijamil Mohon Tunggu... Administrasi - Wong Dusun Tinggal di Kampung

Menulis Untuk Menjejak Hidup

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kelola Sampah dari Dapur Menuju Net-Zero Emissions

24 Oktober 2021   05:09 Diperbarui: 24 Oktober 2021   06:31 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Sampah Kota Palembang (Sumber.https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/)

Keyword : Net-Zero Emissions

Pengantar

Pada tahun 2020, Indonesia menghasilkan tidak kurang dari 33,11 juta ton sampah. Dari 33,11 juta ton sampah tersebut, sebanyak 39,79% sampah di Indonesia berasal dari aktivitas rumah tangga (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan / KLHK).

Sumber utama sampah di Indonesia juga berasal dari Pasar Tradisional sebesar 17,18%,13,54% sampah berasal dari kawasan, dan sisanya sampah berasal dari sumber lainnya dan perniagaan, perkantoran serta fasilitas publik.

Berdasarkan jenisnya, 39,8% sampah yang dihasilkan masyarakat berupa sisa makanan. Sampah plastik berada di urutan berikutnya karena memiliki proporsi sebesar 17%. Sebanyak 14,01% sampah berupa kayu atau ranting. Sampah berupa kertas atau karton mencapai 12,02%. dan, sisanya adalah sampah berupa jenis lainnya termasuk logam, kain, kaca, karet dan kulit. Sumber Sampah secara Nasional dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Sumber Sampah Secara NAsional (Sumber.https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/)
Sumber Sampah Secara NAsional (Sumber.https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/)
Sedangkan sampah di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada tahun 2020 juga sebagian besar bersumber dari Rumah Tangga sebesar 63,55% dan sisanya berasal dari Pasar dan Kawasan serta lainnya seperti tergambar dibawah ini.

Sumber Sampah Provinsi Sumsel (Sumber.https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/)
Sumber Sampah Provinsi Sumsel (Sumber.https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/)

Pengelolaan sampah secara nasional sepanjang tahun 2020 masih memperihatinkan. Pada tahun lalu sampah yang berhasil dikelola baru sebanyak59,3% (19,64 juta ton/tahun), sedangkan sisanya atau sebesar40,7% (13,48 juta ton/tahun) sampah masih tersebar dan tidak terkelola.

Sementara, data yang tidak jauh berbeda juga ditunjukkan oleh Kota Palembang, dimana pada tahun 2020 sumber sampah di Kota Palembang sebagian besar berasal dari sampah Rumah Tangga (68,18%). Sedangkan sisanya berasal dari Pasar, Perniagaan, Fasilitas Publik, Kawasan dan Perkantoran sertalainnya. Sumber sampah di Kota Palembang dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Sumber Sampah Kota Palembang (Sumber.https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/)
Sumber Sampah Kota Palembang (Sumber.https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/)

Di Kota Palembang, pada tahun 2020, timbulan sampah sebanyak 426.390,66 ton per tahun. Pengelolaan sampah di Kota Palembang jauh lebih baik bila dibandingkan dengan pengelolaan sampah secarana sional. Di Kota Palembang sampah yang sudah dikelola sebesar  327.019,20 ton per tahun (76,9%) dan sisanya belum dikelola dan masih tersebar (Sumber : https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/).

Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar mengatakan, Pemerintah telah menargetkan 30% pengurangan sampah dan 70% penanganan sampah pada tahun 2025. Pendekatan yang dilakukan antara lain melakukan pembatasan sampah plastik dan mendaur ulang sampah anorganik.

Untuk itu, perlu upaya yang tidak bisa biasa-biasa saja dalam mendukung upaya yang telah dicanangkan oleh Pemerintah dan dibutuhkan keterlibatan berbagai stakeholder terutama rumah tangga dalam bergerak bersama untuk mengurangi timbulan sampah yang  semakin membesar dan sekaligus memberikan kemanfaatan baik secara ekonomi maupun lingkungan terutama untuk turut serta dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sebagaimana amanat Sustainability Development Goals (SDGs).

Karena itu tulisan ini dibuat sedemikian sederhana untuk menggambarkan bagaimana sampah dirumah kami dikelola, namun untuk kami yang ada dirumah paling tidak sampah sudah memberikan pembelajaran tentang pentingnya sebuah keluarga dan keterlibatan setiap anggota keluarga dalam mengurus rumah tangga terutama urusansampah.

Net-Zero Emissions mengapa harus dari dapur?

Salah  satu pilar dari rumah tangga adalah dapur. Dapur adalah tempat kehidupan rumah tangga berjalan. Dapur juga adalah tempat untuk melihat keharmonisan rumah tangga berlangsung. Kebutuhan akan kehidupan sehari-hari bermula dari dapur. Karena keterbatasan ruang dan lahan,  tidak jarang tempat mencuci pakaian pun berada di dapur. 

Sehingga aktifitas yang banyak didapur dapat menghasilkan timbulan sampah yang luar biasa.Setidaknya sampah harian rumah tangga tidak kurang dari 90% berasal dari dapur.

Peran pengelola dapur (dalam hal ini sebut saja Ibu/Istri) begitu besar untuk memilah sampah agar timbulan sampah rumah tangga tidak menjadi persoalan.

Sebagai ilustrasi, dirumah kami dengan rumah type 36 dan luas lahan kurang lebih 115 m2, dengan 4 (empat) orang anggota keluarga setiap hari menghasilkan tidak kurang dari3-4 Kg sampah dalam kondisi normal. Timbulan sampah itu berasal dari buangan tisu, sisa makanan, sisa sayuran, guguran daun dan ranting dari pepohonan, plastik bekas minuman air mineral dan juga sampah lainnya.

Bagaimana cara pengelolaan sampah dari dapur dan bagaimana hasil serta pemanfaatannya?

Gambaran sederhana pengelolaan sampah dirumah kami yaitu sampah selalu dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan persoalan dengan harapan sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan diangkut oleh Petugas Sampah adalah benar-benar sisa akhir sampah yang dipastikan tidak lagi termanfaatkan baik secara organik maupun ekonomis.

Secaras kematis pengelolaan sampah yang sederhana dirumah kami dilakukan seperti gambar didalam proses bisnis pengelolaan sampah dibawah ini :

Skema Proses Bisnis Pengelolaan Sampah di Rumah (Dokpri)
Skema Proses Bisnis Pengelolaan Sampah di Rumah (Dokpri)
Gambar proses bisnis yang skematis tersebut menunjukkan bahwa pengeloalaan sampah dirumah kami dilakukan dari tahap awal, yaitu ketika Istri berbelanja di Pasar atau dimana saja dengan membawa"sangkek" (bahasa Palembang). "Sangkek" ini dibuat dari bahan limbah plastik bekas bungkus makanan ringan yang dibuat oleh ibu-ibu di desa dan bisa digunakan berkali-kali. 

Tempat sayuran dan sejenisnya tidak perlu menggunakan kantong plastik (kresek) dari penjual di pasar langsung bisa dimasukkan dan disusun kedalam "sangkek". Kantong kresek digunakan hanya untuk bahan belanjaan yang basah dan mengotori seperti ikan, daging dan sejenisnya.

Gambar
Gambar "Sangkek" (Dokpri)
Untuk sampah organik, setiap ingin memasak, potongan sayuran dipisahkan dengan baik dan ditempatkan kesebuah wadah (ember) yang telah disiapkan dengan beberapa bahan lainnya seperti tanah, pasir dan air serta sedikit garam dapur. Ember tersebut kemudian ditutup selama kurang lebih 3 (tiga) hari dan airnya kemudian digunakan untuk menyiram tanaman. 

Kemudian ditambah air kembali dan ditutup rapat lagi dengan kain bekas secukupnya, demikian seterusnya sampai kurang lebih selama tiga minggu. Penutupan ini dilakukan agar pembusukan menjadi sempurna.

Gambar Pemilahan Sampah didapur (Dokpri)
Gambar Pemilahan Sampah didapur (Dokpri)
Kurang lebih tiga minggu kemudian biasanya timbulan sayur dan campurannya akan terurai dan memadat sehingga menjadi pupuk organik. Pupuk padat pun siap digunakan untuk menambah unsur hara tanah baik untuk tanaman hias maupun sayuran. Kebetulan saya adalah penggemar tanaman buah, sayuran dan bonsai kelapa serta bonsai tanaman keras.

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri
okpriSedangkan sisa dari bersihan ikan dan ayam menjadi bahan pakan untuk ikan lele yang ada dikolam sederhana disamping rumah. Ikan tersebut tidak banyak, tapi bisa panen setiap tiga bulan. Lumayan kan. Kami sekeluarga pun bisa mendapatkan beraneka jenis sayuran seperti cabe, dan lain-lain serta tanaman yang hijau dihalaman yang cukup sempit. Bikin betah pokoknya.

Sedangkan untuk sampah anorganik, pemilahan sampah langsung dilakukan dengan cara sampah yang masih bernilai ekonomis dan sampah yang tidak lagi bernilai. 

Sampah yang masih bernilai ekonomis seperti botol air mineral, karung beras dan kaleng bekas, dikumpulkan dan diserahkan dengan seorang pemulung (Mr. "X") yang sudah menjadi langganan anak-anak untuk berbagi. 

Sementara untuk sampah yang tidak lagi bernilai seperti sampah kantong plastik (kantong kresek) dikumpulkan dalam satu wadah dan dikirimkan ke TPA melalui"Mamang"motor sampah yang mengambilnya setiap seminggu sekali.

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri

Pengelolaan sampah seperti ini dilakukan dilingkungan keluarga kami sudah sejak lama sebelum pindah ke Kota Palembang, Pengelolaan sampah ini sekaligus juga untuk mengajarkan kepada anak-anak tentang pentingnya berbagi dan  memelihara lingkungan. 

Memang yang dilakukan oleh keluarga kami ini baru sedikit dan tidak seberapa tapi kami sekeluarga meyakini mudah-mudahan ini bisa menjadi andil keluarga dalam menjaga keberlangsungan hidup yang berkelanjutan sekaligus melatih keluarga dalam menjadi bagian bagi penyelamat lingkungan dan berasal dari unit terkecil bernama "keluarga".

Salam hangat dari Palembang.

Oleh. Fikri

Bangkit bersama keluarga untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Keyword : Net-Zero Emissions

Sumberbacaan dan unduhan :

  • PEP RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan Sektor Pengelolaan Limbah Domestik.
  • RPJMD Kota Palembang.
  • Website https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/
  • Anggraini, S. 2014. Kajian Infrastuktur Persampahan Di Kawasan Pemukiman Masyarakat Dengan Pendapatan Rendah Kecamatan Kertapati Kota Palembang. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 2,No. 1, Maret 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun