Ritual Ramadhan Itu bernama Naiknya Harga Bahan Pokok
By. Fikri Jamil Lubay
Ramadhan adalah bulan penuh impian. Bulan penuh maaf dan ampunan bagi orang-orang Islam yang beriman. Bulan yang paling ditunggu. “Purnama” bagi seluruh bulan. Sambutan atas datangnya Ramadhan tidak hanya dilakukan oleh umat Muslim tetapi juga umat-umat lain yang mendapatkan multiflier effect dari hadirnya bulan suci Ramadhan.
Ritual atas hadirnya ramadhan tidak hanya dilakukan untuk memperbanyak baca ayat suci al qur’an, memperkaya sholat dan ibadah sunnat lainnnya, akan tetapi juga biasanya akan diikuti dengan pengaturan ritual menu santapan untuk kebutuhan berbuka dan sahur.
Aneh tapi nyata, puasa yang sejatinya dimaksudkan untuk menahan nafsu dan dahaga termasuk makan dan minum justru dibulan ini seringkali diikuti dengan ‘puasa’ yang lain yaitu langka dan mahalnya harga bahan pokok di pasar-pasar.
Para suami dibulan ini tentu harus bekerja ekstra keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga akan bahan pokok karena melangitnya harga kebutuhan tersebut. Operasi pasar yang selalu dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak-pihak lain seerti organisasi masyarakat, BUMN dan lain-lain pun dimaksudkan untuk memutus kesenjangan rantai supply-demand terhadap kebutuhan bahan pokok yang tinggi di bulan ramadhan. Aparat kepolisian pun harus membentuk satgas anti mafia pangan agar tidak terjadi penimbunan bahan pokok menjelang dan saat ramadhan berlangsung.
Informasinya harga-harga bahan pokok Per hari ini, Rabu, 24 mei 2017 rerata melambung tinggi padahal puasa belum dimulai. Misalkan harga bawang putih mencapai Rp 70.000 /kg. Bawang merah antara Rp 35.000- 40.000 /kg. Harga daging ayam Rp 35.000 /kg. Harga telur ayam Rp 25.000/kg. Belum lagi harga cabai dan lain-lain.
Coba kita petakan satu per satu permasalahan terhadap bahan pokok tersebut.
Pertama yaitu : Bulan Ramadhan adalah bulan yang sudah pasti datang setiap tahun.
Bulan Ramadhan ini memang bulan yang istimewa, dan hampir selalu disikapi dengan cara yang istimewa juga untuk mencukupinya. Semua tahu secara klasik bila supply tidak cukup dan demand (permintaan) tinggi, maka sudah barang tentu harga akan meroket. Semua juga sudah mafhum bahwa untuk menstabilkannya maka perlu dilakukan intervensi dari sisi supply (produksi) dan dari sisi demand(permintaan).