Upaya untuk pencerahan bangsa melalui dunia pendidikan yang sudah dirintis oleh Ki Hajar Dewantara dengan semboyannya yang terkenal  Ing Ngarsa Sung Thulada, Ing Madya Mangun Karsa dan  Tut Wuri Handayani, dan tentu memberikan makna bahwa tidak mungkin membangun karakter bangsa tanpa membangun dunia pendidikan bersama instrumen dan atribusinya.
Amanat undang-undang agar keberpihakan anggaran minimal 20% dari APBN dan APBD tentu tidak boleh dimaknai habis untuk sekedar melaksanakan kegiatan rutinitas dengan melupakan pengembangan dunia pendidikan. Upaya Presiden Jokowi dengan memecah Kementerian yang mengurusi pendidikan menjadi dua sudah barang tentu juga dimaksudkan agar keterjangkauan tangan-tangan aparat pemerintah lebih dalam hal proses dan pengendalian dunia pendidikan.
***
Satu hari nanti, kita tentu berharap hari buruh yang diperingati tepat sehari sebelum Hardiknas tidak lagi hanya akan membicarakan bagaimana kecil dan timpangnya upah buruh, namun juga bagaimana perbedaan upah didasari oleh kuatnya proses pencerahan dan karakter bangsa melalui dunia pendidikan. Hal ini diperlukan agar tidak ada lagi dikotomi terhadap buruh lokal dan pekerja migran terutama dari sisi upah dan kesempatan menduduki jabatan strategis, karena mereka memiliki tingkat pendidikan dan kemampuan yang sama dan dalam level yang sama.
Satu hal yang sudah pasti dan seharusnya, Â gema Hardiknas tidak sepantasnya digeser ke pinggir (terpinggirkan) karena oleh zaman. Walaupun sejatinya bagi sebagian orang, Hardiknas dan mungkin juga hari-hari besar nasional yang lain bisa saja dianggap hanya seremonial saja dan tidak perlu melakukan renungan apalagi menjadi ruang untuk berkontemplasi.
Semoga semua kita bisa berkontemplasi dan menjadikan Hardiknas sebagai momentum untuk bangkit dan merevolusi mental anak negeri. Jasa para guru (pendidik) hari ini tentu adalah cermin bangsa di masa depan. Â So, kembali ke khittah lah Hari Pendidikan Nasional...!!!
Salam dari Prabumulih. FikriJamilLubay...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H