Mohon tunggu...
fikrijamil
fikrijamil Mohon Tunggu... Administrasi - Wong Dusun Tinggal di Kampung

Menulis Untuk Menjejak Hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

1001 Masalah Angkutan (Berat) Batubara di Sumsel, Tanggung Jawab Siapa?

21 Maret 2017   20:19 Diperbarui: 22 Maret 2017   17:00 2696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

diagram-kartesius-58d125d4f77e61ae12dc49ff.jpg
diagram-kartesius-58d125d4f77e61ae12dc49ff.jpg
Keempat Diagram Kartesius diatas menunjukkan bahwa daerah pengeksplorasi  dan pengeksploitasi tambang terutama batubara ternyata berada dikuadran (zona) merah atau kuning, sementara daerah yang tidak mengeksplorasi tambang batubara (contohnya : Kota Prabumulih) selalu berada dizona hijau dan biru. Hal ini sekaligus menunjukkan daerah yang berada dizona merah dan kuning membutuhkan perhatian (prioritas) lebih untuk di intervensi.  Sementara daerah yang berada dizona hijau dan biru dengan sedikit sentuhan saja mereka bisa meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri dan tidak perlu menjadi “pengemis program”  kesana kemari.

Dengan begitu siapa yang bertanggung jawab dan siapa yang bisa disalahkan..?  dan, siapa juga yang harus mengambil peran pemberi solusi?.

Saat ini (bisa dicek sendiri) jalanan dari Kabupaten Lahat sampai ke Palembang, mobil Batubara mengular dan tidak lagi kenal waktu. Pagi, siang apalagi malam hari. Dan, dari arah sebaliknya mobil  log kayu dari arah Palembang ke Muara Enim yang di kamuflase dengan tutupan terpal panjang berjejer rapi disepanjang jalan.  Iya, mereka adalah “raja” jalanan. Mereka dengan gagah perkasa melewati jalanan Sumsel terkhusus jalanan Kota Prabumulih yang selalu diperbaiki tambal sulam. Masyarakat Prabumulih dan sekitarnya sepertinya tidak perlu berharap banyak bahwa jalananterutama Jalan Lingkar Kota Prabumulih akan segera membaik dalam waktu dekat karena dana yang dibutuhkan tidak kurang dari 360 milyar rupiah lebih. 

Walaupun sebetulnya solusinya sangat mudah dan ringan saja yaitu “STOP ANGKUTAN BATUBARA DAN LOG KAYU” dari jalanan Kota Prabumulih dan kembalikan mereka kejalan yang benar yaitu jalan yang sudah mereka buat sendiri melalui Jalan Servo Lintas Raya (SLR). Jalan Khusus angkutan batubara tersebut sudah diresmikan oleh Gubernur Alex Noerdin pada hari Rabu tanggal  28 Nopember 2012 di Desa Talang Bulan, Kecamatan Teluk Lubuk Kabupaten Muara Enim. Dikesempatan yang sama Pak Alex Noerdin bilang bahwa “mulai tahun 2013, tidak akan ada lagi angkutan batubara yang melintas di jalan umum” sebagaimana juga dikutip dilaman republika.co.id. Namun setelah hampir 4 (empat tahun berlalu), kenyataannya sekarang...? angkutan batubara tetap saja lenggang kangkung dijalan umum. Semoga Pak Alex ingat dengan ucapannya ya...!!!.  Dengan begitu maka 1001 masalah yang terkait dengan angkutan (berat) batubara akan selesai dengan sendirinya.

Sementara ini, kita do’akan saja para pemimpin kita bisa berlaku adil dan dosa-dosa mereka segera diampuni-Nya. Sambil menjaga harap dan asa agar Mereka “Orang-Orang Hebat”  itu tergerak hatinya dan mendapat hidayah-Nya untuk mengurusi dan mencukupi kebutuhan rakyat sebagai hutang politik yang sudah diamanatkan kepadanya.  Semoga...!!!

Salam dari pinggiran Kota Prabumulih.

Fikri JamilLubay

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun