Karena itu ada baiknya Bawaslu (panwaslu) termasuk juga KPU serta aparat untuk segera dalam dua puluh empat jam ini mencari cara yang jitu menebar paku untuk mencium racun pilkada bernama money politics yang akan mematikan dan memabukkan sesaat itu yang akibatnya akan sangat merugikan dan menyengsarakan rakyat paling tidak lima tahun kedepan.
Rakyat yang punya hak pilih pun jangan mau dirinya dihargai hanya oleh sekarung beras dan uang recehan atau secarik kupon yang menipu. Serta terkadang juga bisa dibeli dengan sarung dan baju yang cepat lusuh hanya tiga bulan dipakai dan sekali cuci itu. Dan bahkan parahnya lagi terkadang rakyat hanya bisa dibeli dengan janji-janji palsu.
Money poitics ini seperti yang disampaikan didepan akan memasuki puncaknya di waktu pajar nanti (serangan pajar). Para kandidat yang tidak memiliki modal yang cukup, ataupun juga tidak mau membeli suara karena memang memiliki integritas agar banyak-banyak lah berdo’a supaya turun hujan dengan deras sampai dengan waktu pencoblosan dengan harapan beras-beras yang sudah disiapkan itu tidak bisa dibagikan lagi dan membusuk digudangnya bersama dengan kekalahannya yang menyesakkan dada.
Karena itu mari berjaga untuk menjaga kemurnian pesta demokrasi rakyat yang bernama pilkada. Semoga ada campur tangan Tuhan (Sang Khalik) didalamnya sebagai Sang Penentu agar rahmat-Nya tetap bisa menjadi pendamping dalam proses selanjutnya setelah Pilkada. Tentu yang menang tidak perlu menepuk dada dan jumawa serta yang kalah tidak perlu juga sampai stress apalagi sampai masuk penjara karean kecerobohannya.
Selamat memilih pemimpin dibilik suara. Tidak lah salah juga untuk memilih pemimpin yang bisa diajak “rukuk sama nunduk dan sujud sama takut hanya kepada-Nya”, biar bisa menjadi imam yang baik dan sama tujuan, visi serta misinya. Semoga bertemu pemimpin yang adil, jujur amanah dan baik serta memiliki gagasan memajukan daerah yang akan dimpimpinnya. Semoga...!!!
Salam dari pinggiran sumatera selatan...fikrijamillubay.